InfoEkonomi.ID – Maskapai berbiaya hemat terkemuka dunia menurut Skytrax, Indonesia AirAsia, berhasil mencatat peningkatan yang signifikan dalam kinerja keuangannya sepanjang tahun 2023. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis pada Kamis, 9 Mei 2024, pendapatan perusahaan melonjak sebesar 75,24% year-on-year (yoy) menjadi Rp 6,62 triliun.
Direktur Utama Indonesia AirAsia, Veranita Yosephine Sinaga, menjelaskan, “Seiring Indonesia AirAsia masih terus memulihkan kinerjanya dari dampak pandemi, sebagian besar pendapatan berasal dari operasi penerbangan, di mana penjualan tiket kursi pesawat menyumbang sebesar Rp 5,63 triliun, diikuti oleh pendapatan dari bagasi sebesar Rp 731,74 miliar. Selain itu, pendapatan juga diperoleh dari layanan penerbangan sebesar Rp 125,85 miliar, kargo Rp 44,26 miliar, dan charter Rp 14,08 miliar.”
Pendapatan utama berasal dari Denpasar senilai Rp 2,63 triliun, diikuti oleh Jakarta dengan Rp 2,58 triliun. Sementara itu, Surabaya dan Medan masing-masing mencatat angka Rp 784 miliar dan Rp 624 miliar.
Meskipun menghadapi kenaikan harga bahan bakar dan biaya perbaikan serta pemeliharaan, perusahaan tetap berhasil meraih pendapatan yang signifikan.
“Manajemen Indonesia AirAsia aktif dalam mendapatkan sumber pendanaan melalui beberapa skema potensial. Kami juga berupaya mencari solusi untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan kelangsungan operasional perusahaan. Hingga saat ini, operasional penerbangan Indonesia AirAsia berjalan lancar, melayani pengangkutan penumpang dan barang tanpa gangguan, baik untuk penerbangan domestik maupun internasional,” tambah Veranita.
Veranita juga menegaskan komitmen Indonesia AirAsia untuk terus meningkatkan strategi keberlanjutan dan kelangsungan perusahaan. Langkah-langkah ini tidak hanya menguntungkan perusahaan, tetapi juga membantu pemerintah dalam menjaga stabilitas industri penerbangan di Indonesia.
Per Maret 2024, Indonesia AirAsia melayani 33 rute, termasuk 12 rute domestik dan 21 rute internasional. Tingkat ketepatan waktu (OTP/On Time Performance) meningkat 14% dari 73% pada kuartal pertama 2023 menjadi 87% pada kuartal pertama 2024. Tingkat keterisian penumpang (Load Factor) pada kuartal pertama 2024 mencapai 83%, meningkat 2% dari kuartal pertama 2023. Jumlah penerbangan selama kuartal pertama 2024 mencapai 10.874 penerbangan, naik 30% dari kuartal pertama 2023. Total penumpang tercatat sebanyak 1,63 juta, meningkat 33% dari kuartal pertama 2023.
Secara operasional, AAID/CMPP mengalami kerugian sebesar Rp 702,62 miliar. Setelah ditambah dengan beban keuangan dan pajak, total kerugian yang dicatatkan perusahaan mencapai Rp 1,08 triliun.
Berdasarkan laporan neraca AAID/CMPP akhir Desember 2023, kas perusahaan tercatat senilai Rp 56,25 miliar, naik lebih dari dua kali lipat dari awal tahun karena pertumbuhan kas dari aktivitas operasional yang meningkat. Aset AAID/CMPP mencapai Rp 6,12 triliun, tumbuh 14,17%, sementara liabilitas AAID/CMPP mencapai Rp 14,02 triliun, naik 15,17% year-on-year (yoy).