INFOEKONOMI.ID — Jika Anda menanyakan kesan sebagian besar orang tentang kewirausahaan mereka mungkin akan menganggapnya sebagai “usaha kecil” atau “inovasi” atau menggambarkannya sebagai “bekerja untuk diri sendiri”. Beberapa orang mungkin melampaui anggapan-anggapan itu dan menggambarkannya sebagai seorang pendiri Silicon Valley yang berani mengambil risiko dan tanpa lelah mengatasi tantangan.
Bagi yang lain, kewirausahawan adalah pemberontak berjiwa bebas yang membuat jalannya sendiri di dunia bisnis. Semua hal ini membantu memberi warna pada kanvas kewirausahaan, tetapi mereka tidak memberikan gambaran lengkap tentang hal itu sendiri.
Jadi, apa itu kewirausahaan?
Kewirausahaan sering dipandang sebagai inovator atau bahkan pelopor industri baru. Sederhananya, kewirausahaan adalah usaha untuk menciptakan, memiliki, dan mengkomersialkan ide, teknologi, produk, atau layanan, serta menanggung risiko dan imbalan yang terkait dengan usaha tersebut.
Ini adalah usaha yang penuh dengan ketidakpastian, tidak menawarkan jaminan. Jadi, jika meluncurkan bisnis begitu menantang dan tidak pasti, mengapa kewirausahaan begitu memikat? Untuk menjawabnya, mari kita lihat aspek kewirausahaan dan ciri-ciri para pendiri yang memberikan gambaran lebih jelas tentang kewirausahaan.
Hubungan antara Kewirausahaan dan Inovasi
Wirausaha sering dipandang sebagai inovator atau bahkan pelopor industri baru. Terkadang inovasi bukanlah teknologi baru, seperti kendaraan otonom, melainkan aplikasi atau proses baru. Amazon sekarang menjadi salah satu perusahaan terbesar di dunia, tetapi dimulai hanya dengan menjual buku secara online, bukan di toko batu bata dan bangunan dipinggir jalan saja.
Gocar dan GrabCar menggoncangkan industri taksi bukan dengan meluncurkan armada taksi baru tetapi dengan mengembangkan aplikasi transportasi online. Selain berani, inovasi yang menggemparkan ini, kita dapati wirausaha sukses yang berinovasi dengan berusaha untuk terus meningkatkan proses, mengurangi biaya (biaya tetap), atau membuat produk lebih baik. Karena wirausaha diasosiasikan dengan inovasi karena berinovasi memberi perusahaan pendiri keunggulan kompetitif dan menawarkan wiraushawan jalan keluar untuk kreativitas mereka.
Bagaimana Kewirausahaan Berbeda dari Karyawan
Tanggung jawab. Pendiri perusahaan sering kali adalah chief executive officer pertama dari startup mereka. Pendiri akan bertanggung jawab atas keputusan yang tampaknya tak ada habisnya mulai dari perekrutan dan pemecatan hingga desain produk dan pembelian asuransi komersial. Pendiri kadang-kadang bisa menjadi visioner yang menjabarkan misi perusahaan. Tetapi di lain waktu, dia akan terperosok dalam tugas-tugas yang tidak menarik dari kepatuhan terhadap peraturan, pelaporan pajak dan keuangan, dan tugas-tugas lain yang membosankan tetapi perlu.
Dan tidak seperti seorang karyawan yang yakin dia akan menerima gajinya setiap periode pembayaran, seorang wirausahawan menanggung beban membuat daftar gaji setiap bulan—bahkan jika dia tidak secara pribadi menarik gajinya. Ketika pendiri juga merupakan CEO, tanggung jawab berhenti padanya. Pekerjaan seorang wiraushawan tidak pernah selesai. Ketika keputusan harus diambil, dia harus mengambilnya, bahkan setelah jam kerja usai.
Seorang karyawan mungkin kehilangan sumber gajinya, tetapi wiraushawan mungkin kehilangan seluruh investasinya.
Kompensasi. Karyawan, mulai dari karyawan tingkat awal hingga eksekutif C-suite, biasanya dijamin mendapatkan gaji bulanan yang stabil. Kompensasi untuk penghasilan tetap ini adalah bahwa karyawan tidak dapat berpartisipasi dalam hasil penjualan perusahaan, juga tidak dijamin kenaikan gaji jika laba perusahaan tumbuh.
Sebaliknya, tidak jarang wiraushawan mengabaikan gaji meskipun bekerja dengan jam kerja yang sangat panjang selama fase awal bisnis. Founder bersedia melakukan ini karena mereka memiliki skin di dalam game. Kami menyebutnya “ekuitas”. Menurut peneliti ekuitas swasta Matthew Brach, ekuitas adalah “hak atas semua sisa arus kas suatu entitas setelah semua kewajiban dan utang lainnya dipenuhi; tetapi itu juga merupakan bentuk dasar kepemilikan. Ekuitas sama dengan kepemilikan.”
Seorang wirausahawan bersedia berkorban dalam jangka pendek berdasarkan harapan akan imbalan finansial di masa depan—yang terkadang cukup besar. Ketika pendiri akhirnya keluar melalui penjualan perusahaan, dia akan menuai sebagian besar, jika tidak semua, keuntungan finansial dari penjualan tersebut.
Risiko Kegagalan. Sisi lain dari koin adalah bahwa wiraushawan menanggung risiko kegagalan. Sementara para pendiri menikmati keuntungan terbesar dalam suatu usaha, mereka juga memiliki kerugian terbesar. Seorang wiraushawan menginvestasikan waktu ke dalam bisnis, yang terbukti berharga dalam hal biaya peluang.
Namun, para pendiri sering mengerahkan kekayaan dan modal pribadi untuk memulai bisnis, yang menunjukkan biaya moneter yang signifikan. Kenyataannya adalah banyak bisnis yang gagal, dan tidak ada jaminan bahwa ketika bisnis tutup, wiraushawan akan mendapatkan kembali nilai waktu dan modal yang telah mereka investasikan dalam bisnis tersebut. Seorang karyawan mungkin kehilangan sumber gajinya, tetapi wiraushawan mungkin kehilangan seluruh investasinya (yang terkadang merupakan bagian terbesar dari tabungan hidup mereka).
Seperti Apa Seorang Wirausaha Itu?
Siapa pun yang meluncurkan bisnis baru, apakah perusahaan transportasi di Pontianak atau perusahaan rintisan game di Jakarta, adalah seorang wirausahawan. Menurut analisis Harvard Business School, wirausahawan cenderung memiliki ciri-ciri tertentu, seperti komitmen kuat untuk kerja keras, tekad ulet, dan toleransi risiko tinggi. Mereka juga percaya diri dan lebih terbuka untuk pengalaman baru.