PT UOB Indonesia optimistis bahwa nilai tabungan dan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) akan meningkat pada 2025, meskipun inflasi diproyeksikan mengalami kenaikan. Head of Deposit & Wealth Management UOB Indonesia, Vera Margaret, menyatakan keyakinannya bahwa pertumbuhan DPK tetap positif di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan.
“Kami optimistis untuk DPK UOB naik pada tahun 2025,” ujar Vera Margaret saat ditemui usai acara media gathering bertajuk “Strategi Finansial di Tengah Tantangan Ekonomi” di Jakarta, Jumat (25/1).
Vera mengungkapkan bahwa saat ini tren menabung di kalangan masyarakat menengah ke bawah mengalami penurunan. Akibatnya, kontribusi DPK lebih banyak berasal dari segmen menengah ke atas.
Data survei GoodStats bertajuk “Perilaku Mengelola Keuangan Masyarakat 2024” yang dilakukan pada November 2024 menunjukkan bahwa 70 persen masyarakat Indonesia belum memiliki tabungan.
Untuk mengatasi hal ini, UOB Indonesia terus menggencarkan program literasi keuangan, salah satunya melalui Waktu Indonesia Nabung (WIN) yang akan berlangsung selama dua minggu mulai 30 Januari 2025. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menabung.
“Jadi bagian dari literasi yang kami lakukan adalah kami juga ingin membantu masyarakat Indonesia untuk memastikan degradasi (penurunan jumlah penabung dari kalangan kelas menengah) ini tidak terus berlangsung,” kata Vera.
Ia menilai bahwa kegiatan literasi keuangan perlu untuk terus dilakukan agar masyarakat semakin memahami mengenai betapa pentingnya menabung.
“Karena untuk menaikkan DPK itu sebenarnya tidak didapatkan dari one single customer (satu nasabah saja). Untuk menaikkan DPK itu pada saat lebih banyak orang yang memahami pentingnya menabung dan pada saat itu DPK naik,” ucapnya.
Pihaknya pun optimistis melalui berbagai kegiatan literasi keuangan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun lembaga jasa keuangan swasta, termasuk UOB, maka jumlah nasabah serta nilai tabungan dan DPK dari masyarakat kelas menengah ke bawah dapat berangsur meningkat.
“Semoga tahun depan kita bisa lihat angka ini tidak lagi 70 persen yang tidak memiliki tabungan, dan mudah-mudahan, sudah benar-benar turun,” ujarnya.
Terkait inflasi, Vera mengatakan bahwa tim ekonom UOB memproyeksikan tingkat inflasi Indonesia tahun ini mencapai 2,5 persen.
Angka tersebut meningkat dibandingkan proyeksi tahun lalu, salah satunya International Monetary Fund (IMF) yang memprediksi tingkat inflasi Indonesia sebesar 2,3 persen pada 2024.
Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan pada Desember 2024 mencapai 1,57 persen (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender tercatat sebesar 1,57 persen (year-to-date/ytd).
“Karena tren yang kami lihat saat ini dan kami lihat kondisi pangan juga terus naik, justru kami melihat akan ada kenaikan (tingkat inflasi) sedikit dibanding tahun sebelumnya (2024) dari 2,3 persen ke 2,5 persen,” jelas Vera Margaret.
Cek Artikel dan Berita Lainnya di Google News