InfoEkonomi.ID – Dalam beberapa tahun terakhir, jutaan warga kelas menengah Indonesia menghadapi risiko ‘turun kasta’ ke kelompok kelas menengah rentan dan rentan miskin. Fenomena ini tercermin dari melemahnya transaksi QRIS di beberapa bank, menunjukkan gejala pelemahan daya beli masyarakat kelas menengah.
Bank Jatim (BJTM) mencatat penurunan tajam transaksi QRIS Merchant sejak Juni hingga Agustus 2024. Direktur Utama Bank Jatim, Busrul Iman, melaporkan bahwa transaksi QRIS mencapai Rp176,30 miliar pada Juni, turun menjadi Rp127,91 miliar di bulan Juli, dan hanya naik tipis menjadi Rp130,51 miliar pada Agustus.
“Penurunan transaksi QRIS mulai Juni hingga Agustus cukup tajam, meskipun jika ditarik dalam 8 bulan terakhir masih ada peningkatan,” kata Busrul mengutip cnbcindonesia.com, Kamis (26/9).
Namun, menurutnya, transaksi melalui tabungan digital Bank Jatim, seperti J Connect Mobile dan kartu debit, masih menunjukkan pertumbuhan positif. Hal ini mengindikasikan perubahan perilaku masyarakat dalam mengelola keuangan mereka.
Bank lain, seperti OK Bank Indonesia (DNAR), juga mengalami penurunan dana tabungan sebesar 12% secara tahunan (year-on-year) hingga 4 September 2024. Direktur Kepatuhan OK Bank, Efdinal Alamsyah, menjelaskan bahwa nasabah kini lebih fokus mengeluarkan uang untuk kebutuhan dasar, sementara pengeluaran untuk hiburan dan restoran menurun.
Di sisi lain, Bank BJB (BJBR) juga melaporkan penurunan nilai transaksi nasabah meskipun frekuensi transaksi masih bertumbuh. Direktur Utama BJB, Yuddy Renaldi, menjelaskan bahwa daya beli masyarakat menurun, terlihat dari jumlah barang yang bisa dibeli dengan nominal yang sama semakin berkurang.
“Inflasi dan tekanan pada daya beli telah memengaruhi jumlah barang yang bisa dibeli oleh nasabah kami,” ujar Yuddy.
Meskipun demikian, beberapa sektor seperti kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) di BCA (BBCA) masih tumbuh karena bunga yang rendah. Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, menyatakan bahwa meskipun kredit retail menghadapi tantangan, kredit konsumsi seperti KPR dan KKB tetap menunjukkan pertumbuhan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2019 jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 57,33 juta orang, namun pada 2024 jumlahnya turun drastis menjadi 47,85 juta orang. Sebanyak 9,48 juta warga kelas menengah telah turun kasta menjadi kelas menengah rentan atau bahkan rentan miskin.
Jumlah kelompok kelas menengah rentan atau aspiring middle class meningkat dari 128,85 juta orang pada 2019 menjadi 137,50 juta orang pada 2024. Sementara itu, jumlah kelompok rentan miskin juga membengkak dari 54,97 juta orang pada 2019 menjadi 67,69 juta orang pada 2024.
Fenomena ini menunjukkan semakin banyak golongan kelas menengah yang jatuh ke kelompok rentan, yang dapat berdampak besar pada stabilitas ekonomi Indonesia di masa mendatang.