InfoEkonomi.ID – Bank Indonesia (BI) memproyeksikan bahwa Federal Reserve (The Fed) akan melakukan pemangkasan suku bunga lebih besar hingga akhir tahun 2024. Sebelumnya, pada September 2024, The Fed telah memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps), menurunkan Fed Fund Rate (FFR) ke kisaran 4,75%-5,00%.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Juli Budi Winantya, dalam Taklimat Media di Gedung Bank Indonesia pada Selasa (24/9), mengungkapkan bahwa pemangkasan suku bunga ini kemungkinan akan terjadi lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya. “FFR ini akan turun lebih cepat dan lebih besar dibandingkan perkiraan kita sebelumnya,” ujar Juli.
Proyeksi Bank Indonesia mengenai pemangkasan suku bunga The Fed didasarkan pada tiga indikator utama. Pertama, perekonomian global yang cenderung melambat, membuat kebijakan penurunan suku bunga oleh The Fed semakin jelas.
“Perekonomian global, dinamika dari ekonomi global ini intinya adalah bahwa ekonomi dunia cenderung melambat,” jelas Juli.
Kejelasan penurunan suku bunga ini juga sesuai dengan pernyataan Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. Menurut Juli, pergerakan FFR ini sudah sejalan dengan waktu yang tepat. Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebelumnya, BI memproyeksikan bahwa penurunan suku bunga The Fed akan berlangsung lebih lama. Namun, pada RDG September 2024, kejelasan mengenai penurunan ini semakin terlihat.
“Ini yang disampaikan Pak Gubernur. Salah satu alasan BI-rate diturunkan adalah karena kejelasan pergerakan FFR, sesuai dengan timing-nya dan juga terkait dengan usahanya,” katanya.
Indikator kedua yang menjadi dasar proyeksi Bank Indonesia adalah tren inflasi global yang cenderung menurun, terutama di negara-negara maju, termasuk Amerika Serikat. Penurunan inflasi ini menunjukkan bahwa inflasi di negara maju mulai mendekati sasaran jangka panjang.
“Inflasi cenderung menurun. Ini menggambarkan bahwa inflasi di negara maju menurun, terutama di Amerika Serikat, dan mengarah pada sasaran jangka panjang,” ujar Juli.
Indikator ketiga adalah penurunan penyerapan tenaga kerja di Amerika Serikat, yang juga turut mendukung penilaian Bank Indonesia mengenai percepatan penurunan suku bunga The Fed.
“Tiga hal tadi yang mendasari penilaian kita bahwa FFR ini akan turun lebih cepat dan lebih besar, dimulai September ini,” pungkas Juli.
Dengan proyeksi ini, Bank Indonesia akan terus memantau pergerakan ekonomi global serta dampak kebijakan The Fed terhadap ekonomi nasional.