InfoEkonomi.ID – Vanili, komoditas ekspor utama yang banyak digunakan dalam industri makanan, minuman, kosmetik, dan parfum, menjadi sorotan dalam webinar yang digelar oleh Pusat Riset Tanaman Perkebunan Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (BRIN) pada Rabu (24/07). Webinar EstCrops_Corner series 6 yang mengusung tema “Peningkatan Daya Saing Ekspor Vanili Indonesia.”
Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, Puji Lestari, dalam sambutannya menekankan pentingnya program strategis pemerintah untuk meningkatkan daya saing vanili, termasuk pembinaan perbenihan, pengendalian penyakit, dan penerapan teknik pasca panen. Menurut Puji, ketersediaan dan penggunaan benih bermutu adalah kunci sukses budidaya tanaman vanili.
“Benih vanili sebaiknya diperoleh dari kebun sumber benih yang bersertifikat agar terjamin mutunya,” kata Puji. Ia juga menyoroti tantangan lain seperti fluktuasi harga dan ketidakpastian pasar yang memerlukan dukungan regulasi dari pemerintah serta keterikatan antara petani, pengepul, pemroses, dan eksportir.
“Selain permasalahan on-farm (proses produksi) dan peningkatan produksi serta mutu vanili, juga ada permasalahan lain seperti permasalahan off-farm, terutama fluktuasi harga yang sangat tajam dan ketidakpastian pasar sehingga ini perlu dukungan regulasi dari pemerintah. Selain itu perlu adanya regulasi atau pun keterikatan antara petani, pengepul, pihak pemroses hingga eksportir yang merupakan satu rangkaian yang harus tetap utuh, saling menguntungkan/ simbiosis mutualisme dan tidak boleh ada satu pihak yang dirugikan,” terang Puji.
Sementara itu, Kepala Pusat Riset Tanaman Perkebunan BRIN, Setiari Marwanto, mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan produsen vanili terbesar kedua di dunia setelah Madagaskar, menyumbang sekitar 30,3% dari produksi global pada tahun 2020. Marwanto menjelaskan bahwa tantangan utama dalam produksi vanili termasuk perubahan iklim, degradasi lahan, dan keterbatasan teknologi modern. Meskipun demikian, permintaan global yang meningkat memberikan potensi besar bagi Indonesia untuk memperluas pangsa pasarnya.
Setiara juga mengatakan jika proses produksi vanili di Indonesia juga melibatkan langkah-langkah yang spesifik baik di tingkat on farm maupun off farm dan proses ini tentu saja dilakukan dengan mengembangkan rasa dan aroma khas vanili berkualitas tinggi. Meskipun menjadi produsen utama, Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan dalam pengembangan vanili seperti perubahan iklim, degradasi lahan dan terbatasnya teknologi modern di tingkat on farm. Namun demikian ada kabar baik, yaitu adanya data peningkatan permintaan ekspor vanili atau permintaan global dunia terhadap vanili yang terus meningkat seperti dari negara di Amerika Serikat, Jerman, Belanda, Singapura dan Kanada.
“Dengan meningkatnya permintaan global vanili maka Indonesia semakin memiliki potensi besar untuk memperluas pangsa pasarnya. Penguatan riset on farm seperti pertanian berkelanjutan dan kontrol kualitas yang ketat itu akan membantu menempatkan Indonesia pada posisi yang menguntungkan di pasar vanili global,” pungkasnya.
Eksportir vanili, Sigit Ismaryanto, juga menyampaikan tantangan dan peluang ekspor vanili Indonesia. Menurut data tahun 2022, lima negara tujuan ekspor utama adalah Amerika Serikat, Jerman, Belanda, Singapura, dan Kanada. Sigit menambahkan bahwa fluktuasi nilai tukar dan kenaikan harga vanili di beberapa negara pengimpor turut mempengaruhi volume ekspor.
“Walaupun Indonesia adalah salah satu produsen utama vanili, kita masih berada di peringkat ketujuh secara global. Ini perlu dianalisis lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pasar domestik,” paparnya.
Meskipun vanili memiliki potensi ekspor yang besar, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi oleh produsen dan eksportir vanili Indonesia seperti pasokan yang tidak stabil akibat cuaca dan iklim yang fluktuatif.
Oleh karena itu perlu adanya upaya-upaya yaitu meningkatkan mutu produk, meningkatkan kapasitas produksi, dan memperluas pasar ekspor untuk membuka peluang ekspor yang lebih luas di masa depan.
“Selain itu diperlukan kerja sama antara semua pihak dalam mencari Solusi untuk menghadapi berbagai tantangan dan hambatan tersebut sehingga komoditas-komoditas unggulan kita ini dapat kita jaga dengan baik,” tutupnya.