Jumat, Desember 19, 2025
spot_img

Pemanfaatan AI Sektor Public Relations Butuh Kode Etik dan Guidline Khusus

InfoEkonomi.ID – Dewasa ini, dunia digital dipenuhi perbincangan mengenai artificial intelligence (AI). AI atau kecerdasan buatan adalah teknologi yang semakin berkembang dan diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya di bidang Public Relations (PR). AI menawarkan berbagai manfaat, mulai dari otomatisasi tugas, peningkatan efisiensi, hingga pengambilan keputusan yang lebih cepat dan akurat.

Namun, seiring dengan potensi besar yang dimiliki AI, muncul pula berbagai tantangan dan risiko yang memerlukan perhatian khusus, terutama terkait dengan etika dan regulasi penggunaannya. Oleh karena itu, penting untuk memiliki kode etik dan guideline khusus dalam pemanfaatan AI.

- Advertisement -

Kode etik dalam penggunaan AI berfungsi sebagai pedoman moral dan prinsip yang harus diikuti oleh para pengembang, pengguna, dan pemangku kepentingan lainnya..Kode etik sangat penting dalam konteks AI untuk menghindari diskriminasi dan bias dengan memperhatikan keragaman dan inklusivitas, melindungi privasi, keamanan dan keselamatan, serta transparansi dan akuntabilitas.

Sedangkan guideline khusus dalam pemanfaatan AI diperlukan untuk mengatur pemanfaatan AI di berbagai sektor mencakup standar pengembangan dan pengujiannya, regulasi penggunaan di berbagai sektor industri, pengawasan dan evaluasi berkala, serta edukasi dan pelatihan untuk memahami potensi dan mitigasi risiko serta pengelolaannya.

- Advertisement -

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI), Sari Soegondo membagikan pandangannya tentang AI dalam industri PR dalam wawancara eksklusif bersama InfoEkonomi.ID di ruang kerjanya, belum lama ini.

Menurut Sari, AI adalah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Kemajuan teknologi ini sebenarnya membantu pekerjaan manusia, dan telah berkembang sejak tahun 1950-an, meski baru banyak digunakan dalam industri PR satu dekade terakhir, terutama dengan kehadiran fitur, seperti ChatGPT.

Sari mengatakan, AI dalam industri PR sangat membantu dalam mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun strategi, dan mengidentifikasi segmen audiens dengan lebih tepat. Namun, kemajuan teknologi ini juga menimbulkan kekhawatiran, terutama terkait dampak moral dan sosial, seperti berkurangnya kemampuan kognitif dan motorik manusia karena terlalu bergantung pada teknologi.

Menurutnya, seperti teknologi informatika lainnya, AI memiliki sisi positif dan negatif seperti misalnya potensi manipulasi informasi melalui deepfake yang bisa digunakan untuk menyebarkan informasi palsu.

- Advertisement -

“AI memiliki tantangan moral dan keamanan. Jadi penting bagi operatormedia sosial untuk memiliki protokol kuat untuk mengendalikan penyebaran informasi palsu ini. Kami dari APPRI telah berencana untuk turut berperan dan berpartisipasi dalam membuat kode etik khusus dalam pemanfaatan AI oleh praktisi PR agar penggunaan teknologi ini dilakukan dengan tanggung jawab,” ujar Sari.

Ia menekankan pentingnya edukasi dan literasi teknologi bagi masyarakat dan praktisi PR, sehingga APPRI telah berencana untuk mengadakan dan terlibat dalam seminar dan talk show mengenai edukasi dan pengembangan teknologi ini serta turut berpartisipasi menyusun guideline untuk memastikan penggunaan AI yang etis dalam industri PR. “Ini termasuk menghadapi tantangan keamanan data dan privasi yang masih menjadi isu besar di Indonesia,” ungkapnya.

Sari mengatakan, satu hal yang penting harus dilakukan adalah integrasi data dan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan. “Pemerintah dan berbagai stakeholder harus bekerja sama untuk menciptakan kebijakan yang mendukung penggunaan teknologi secara aman dan bertanggung jawab,” tegasnya.

Pemanfaatan AI memang menawarkan banyak keuntungan, namun juga membawa tantangan yang tidak bisa diabaikan. Kode etik dan guideline khusus sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa pengembangan dan penggunaan AI dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab, aman, dan etis.

Dengan adanya pedoman yang jelas, diharapkan teknologi AI dapat dimanfaatkan untuk kebaikan bersama, tanpa mengorbankan hak-hak individu atau mengabaikan potensi risiko yang ada. Sebagai masyarakat yang semakin bergantung pada teknologi, kita harus proaktif dalam memastikan bahwa AI digunakan untuk tujuan yang positif dan bermanfaat bagi semua pihak.

Sari menyarankan para praktisi PR untuk terus meningkatkan kapasitas diri, memahami regulasi yang ada, dan menjaga tanggung jawab moral dalam setiap langkah penggunaan teknologi terkini.

“Selain itu, kolaborasi antara berbagai asosiasi dan pemerintah sangat penting untuk menciptakan ekosistem yang aman dan mendukung perkembangan teknologi yang positif,” tandas Sari.

 

Kirimkan Press Release berbagai aktivitas kegiatan Brand Anda ke email sekred@infoekonomi.id

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img