Jumat, April 25, 2025

Jasindo Optimistis: Peluang Asuransi Pertanian Masih Terbuka Lebar

PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) optimistis terhadap prospek asuransi pertanian yang masih menjanjikan di masa depan. Hal ini didukung oleh luasnya lahan pertanian di Indonesia, yang memberikan peluang besar bagi industri asuransi untuk terus berkembang melalui perlindungan pertanian.

Potensi Besar Asuransi Pertanian

- Advertisement -

Group Head Asuransi Program Pemerintah Jasindo, Setiadi Imansyah, mengungkapkan bahwa Kementerian Pertanian mencatat ada sekitar 7,4 juta hektare lahan pertanian yang digunakan dalam satu musim panen, namun belum seluruhnya mendapatkan perlindungan asuransi. Jika dihitung dengan dua musim panen per tahun, maka total lahan yang bisa dimanfaatkan industri asuransi mencapai 14 juta hektare.

“Jika seluruhnya diasuransikan dan dihitung sebagai premi, potensi pendapatan bisa sangat besar. Hal ini tentu mendorong industri asuransi untuk semakin berkembang,” ujarnya dalam sebuah acara di Jakarta Pusat, Senin (24/3).

- Advertisement -
Baca Juga: Jasindo Dukung Sobat Aksi Ramadan 2025: Wujud Kepedulian BUMN untuk Masyarakat

Produk Asuransi Pertanian Jasindo

Salah satu produk asuransi pertanian yang telah dikembangkan Jasindo sejak 2014 adalah Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Produk ini menggunakan skema indemnity atau ganti rugi, yang melindungi petani dari risiko gagal panen akibat hama, banjir, dan kekeringan. Tarif premi yang diterapkan sebesar Rp 180 ribu per hektare untuk satu musim panen.

Setiadi menjelaskan bahwa 80% dari tarif premi tersebut disubsidi oleh pemerintah, sehingga petani hanya perlu membayar sekitar Rp 36 ribu per hektare. Dengan skema ini, petani bisa mendapatkan perlindungan hingga Rp 6 juta per hektare.

“Jika asuransi diterapkan pada 10 juta hektare lahan, maka potensi premi yang bisa diperoleh mencapai Rp 1,4 triliun. Hal ini tentu memberikan dampak positif bagi industri asuransi,” tambahnya.

- Advertisement -

Roadmap Pengembangan Asuransi Pertanian

Jasindo telah menyusun roadmap untuk lima tahun ke depan terkait program asuransi pertanian dari pemerintah. Setiadi menjelaskan bahwa pihaknya berencana untuk beralih dari skema indemnity ke skema parametrik, yang berbasis indikator cuaca. Namun, proses transisi ini dilakukan secara bertahap dengan tetap mengombinasikan kedua skema tersebut.

“Kami akan mengevaluasi kinerja asuransi parametrik terlebih dahulu. Jadi, kami tidak serta-merta menggantikan skema indemnity, tetapi menjalankan keduanya secara bersamaan untuk memudahkan transisi,” jelasnya.

Setiadi juga menjelaskan bahwa dalam skema indemnity, klaim asuransi diberikan berdasarkan dampak langsung yang dirasakan petani. Sementara itu, dalam skema parametrik, klaim ditentukan oleh indikator seperti data cuaca dari satelit.

Tantangan Implementasi Asuransi Parametrik

Jasindo pernah menerapkan asuransi parametrik, namun hasilnya kurang optimal karena petani merasa kurang puas dengan mekanisme klaim. Setiadi menuturkan bahwa beberapa petani mengeluhkan ketidakadilan ketika klaim mereka tidak disetujui, meskipun kondisi mereka tampaknya memenuhi syarat.

“Pada saat itu, banyak petani yang mengajukan komplain karena ada sebagian yang mendapat klaim dan sebagian tidak, meskipun berada di lahan yang sama,” ungkapnya.

Perjalanan Panjang Edukasi Petani

Jasindo telah melakukan berbagai upaya dalam mengedukasi petani sejak 2014. Setiadi mengatakan bahwa awalnya tidak mudah meyakinkan petani akan manfaat asuransi pertanian. Meski telah mengikuti sosialisasi di balai desa, masih banyak petani yang ragu untuk bergabung.

“Faktanya, petani lebih percaya pada pengalaman rekannya yang pernah menerima klaim dibandingkan sekadar penjelasan dalam sosialisasi,” katanya.

Sepanjang 2024, Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Jasindo telah memberikan perlindungan pada 305 ribu hektare lahan pertanian, dengan total pendapatan premi mencapai Rp 55 miliar. Namun, angka ini masih di bawah target pemerintah yang menetapkan 1 juta hektare.

Setiadi menjelaskan bahwa target tersebut belum tercapai karena adanya efisiensi anggaran pemerintah. Saat ini, pemerintah lebih memprioritaskan program cetak lahan sawah dan pembangunan irigasi baru sebelum mengalokasikan dana untuk asuransi pertanian.

Jasindo sendiri pernah mencapai angka 1 juta hektare lahan pertanian yang diasuransikan pada 2019. Namun, jumlah tersebut terus menurun akibat dampak pandemi Covid-19 yang memengaruhi alokasi anggaran.

Cek Berita dan Artikel Lainnya di Google News

Kirimkan Press Release berbagai aktivitas kegiatan Brand Anda ke email sekred@infoekonomi.id

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Ikuti Kami

4,488FansSuka
6,727PengikutMengikuti
2,176PelangganBerlangganan

Terbaru

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img