Sabtu, Februari 8, 2025
spot_img

Biola Bersejarah Saksi Lahirnya Indonesia Raya

Museum Sumpah Pemuda, yang terletak di Jalan Kramat Raya Nomor 106, Jakarta Pusat, menyimpan sebuah biola bersejarah yang menjadi saksi bisu momen bersejarah Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Biola ini digunakan oleh WR Soepratman untuk mengiringi lagu “Indonesia Raya,” yang diperdengarkan untuk pertama kalinya pada Kongres Pemuda di rumah tersebut.

Biola berukuran standar 4/4 dengan panjang 36 cm dan lebar 20 cm ini masih dalam kondisi baik. Di dalam salah satu f-holes (lubang bagian depan), terdapat marking yang bertuliskan “Nicolaus Amatus fecit.” Eko Septian, kurator Museum Sumpah Pemuda (Muspada), menjelaskan, “Memang uniknya ini biola model Nicolaus Amatus, tapi bukan berarti buatan Nicolaus Amatus. Di zamannya, biola ini murah dan banyak ada di pasaran. Yang bikin mahal biola ini tentunya nilai sejarahnya.”

- Advertisement -

Biola ini dibeli oleh Mauritius van Eldick, kakak ipar Soepratman, di Makassar pada tahun 1914. Ia memberikannya sebagai hadiah kepada Soepratman yang dianggap sangat lihai dalam memainkan musik. Soepratman, yang merupakan anggota Black and White Jazz Band, pernah memainkan biola ini di Gedung Societeit Concordia (Gedung Merdeka) di Bandung pada tahun 1924.

Setelah Soepratman meninggal dunia pada 17 Agustus 1938, biola ini dirawat oleh kakak perempuannya, Ny. Roekijem Soepratijah. Pada peresmian Museum Sumpah Pemuda, Ny. Roekijem menyumbangkan biola tersebut. Pada tahun 1995, biola ini pernah dikonservasi di Solo oleh Sujiman. Sejak saat itu, biola asli disimpan di gedung koleksi, sementara yang dipajang di ruang pamer utama adalah replika.

- Advertisement -

“Replikanya juga dibuat di (pengrajin) Solo. Tempat yang sama waktu bagian leher biola aslinya direparasi. Sementara biola yang asli ini memang di gudang karena keluarga (ahli waris) pun setuju daripada kenapa-kenapa sudah rapuh juga,” tambah Eko.

Biola asli saat ini disimpan dengan cermat di sebuah lemari besi. Untuk perawatannya, digunakan bahan-bahan non-kimia, termasuk bawang putih sebagai pengawet alami. Eko menjelaskan, “Memang kalau perawatan kita sederhana ya. Kita nggak ingin bersentuhan dengan bahan kimia lagi. Jadi pakai beberapa bahan alami.”

Menariknya, biola ini pernah ditawarkan dengan harga fantastis yaitu Rp25 miliar. Namun, pemerintah menegaskan tidak akan menjualnya. “Sebab nilai sejarah biola WR Soepratman untuk lahirnya bangsa Indonesia sangat tinggi dan mahal sehingga tidak bisa dinilai dengan uang,” tandas Eko.

Dengan segala nilai historis yang dimiliki, biola ini menjadi salah satu benda berharga yang mencerminkan semangat perjuangan dan kebangkitan bangsa Indonesia.

- Advertisement -

 

Cek Artikel dan Berita Lainnya di Google News

Kirimkan Press Release berbagai aktivitas kegiatan Brand Anda ke email sekred@infoekonomi.id

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Ikuti Kami

4,488FansSuka
6,727PengikutMengikuti
2,176PelangganBerlangganan

Terbaru

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img