InfoEkonomi.ID – Kontribusi kredit perbankan terhadap perekonomian Indonesia masih terbilang kecil dibandingkan dengan negara-negara lain. Berdasarkan data terbaru, rasio kredit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hanya mencapai 33,72%. Pada tahun 2023, PDB Indonesia sebesar Rp 20.892,4 triliun, sementara penyaluran kredit oleh perbankan hanya Rp 7.044,8 triliun.
Untuk perbandingan, di negara-negara lain, penyaluran kredit umumnya setara atau bahkan lebih besar dari PDB, dengan rasio mencapai 1:1. Hal ini menunjukkan adanya ruang yang cukup besar bagi peningkatan penyaluran kredit di Indonesia. Namun, kendala yang muncul adalah keterbatasan likuiditas perbankan untuk mendukung pendanaan ke sektor bisnis dan konsumer.
Harapman Kasan, Wholesale Banking Director UOB Indonesia, menyatakan bahwa diperlukan pendekatan yang komprehensif untuk menarik lebih banyak dana dari orang-orang kaya agar diinvestasikan di dalam negeri. “Kita perlu memberikan insentif yang tepat untuk mendorong mereka menaruh uang di Indonesia,” ujarnya dalam konferensi pers UOB Economic Outlook 2025 di Jakarta, Rabu (25/9) dilansir dari cnbcindonesia.com.
Di tengah tantangan tersebut, industri perbankan mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 10,9% secara tahunan (year on year/yoy), menjadi Rp 7.441,9 triliun pada Agustus 2024. Kredit korporasi menjadi kontributor utama, dengan porsi 53,27%, sementara kredit konsumsi mencapai 28,61% atau Rp 2.129,4 triliun.
Baca juga:Â Bank Indonesia Sukses Kurangi Ketergantungan pada Dolar AS
Walaupun ada peningkatan dalam penyaluran kredit, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh lebih lambat, hanya naik 6,8% yoy menjadi Rp 8.364,7 triliun. Kenaikan terbesar berasal dari nasabah korporasi yang tumbuh 13,4% yoy, sedangkan nasabah perorangan hanya naik 1% yoy.
Senior ekonom UOB Indonesia, Enrico Tanuwidjaja, menambahkan bahwa sektor-sektor yang menyumbang besar terhadap PDB, seperti agrikultur dan manufaktur, justru belum banyak mendapatkan pembiayaan yang signifikan dari perbankan. “Sektor-sektor ini seharusnya mendapatkan lebih banyak dukungan kredit untuk bisa berkontribusi lebih besar lagi pada perekonomian,” ungkapnya.
Berdasarkan data Bank Indonesia, sektor pertanian hanya menyerap 7,34% dari total kredit pada Agustus 2024, sementara industri pengolahan berkontribusi 14,99%. Padahal, pertanian dan manufaktur merupakan dua sektor utama perekonomian, dengan kontribusi terhadap PDB masing-masing sebesar 13,57% dan 18,67%.