PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memperkirakan bahwa jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia dapat meningkat hingga 83 juta pada tahun 2034.
SVP Micro Business Development Division BRI, Dani Wildan, mengungkapkan bahwa apabila proyeksi ini terealisasi, masyarakat Indonesia dapat terbebas dari jeratan pendapatan kelas menengah atau middle income trap. “Jika pada tahun 2034 jumlah UMKM mencapai 83 juta, maka bangsa ini berpotensi keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah,” ujarnya dalam acara The Economics Insight 2025 yang diadakan oleh Kumparan beberapa waktu lalu.
Namun, peningkatan jumlah UMKM ini juga harus diimbangi dengan peningkatan produktivitas. BRI berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan produktivitas pelaku UMKM melalui pendampingan dan pelatihan.
Baca Juga: BRI Peduli: Wujudkan Sekolah Nyaman di Banjarmasin Demi Pendidikan Berkualitas
Berdasarkan data BRI, sektor UMKM saat ini berkontribusi lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan juga menyerap lebih dari 60% tenaga kerja nasional.
Dani menambahkan bahwa di tengah ketidakpastian ekonomi global yang dapat berdampak pada Indonesia, ada beberapa aspek yang harus dipersiapkan UMKM agar tetap berkembang di 2025. Di antaranya adalah motivasi, produktivitas, dan interkonektivitas.
Selain itu, perlindungan hak kekayaan intelektual juga menjadi faktor penting. “China sangat fokus terhadap hak cipta. Perlindungan hak kekayaan intelektual harus diperkuat agar inovasi dapat terus berkembang,” jelasnya. Selain itu, dibutuhkan perwakilan atau champion yang dapat mendorong UMKM untuk meningkatkan konektivitas.
Terakhir, fungsi research and development (R&D) yang melibatkan akademisi juga menjadi kunci dalam meningkatkan jumlah dan produktivitas UMKM.
“Konsep-konsep yang dikembangkan di universitas dapat dikomersialkan oleh para champion dan diharapkan bisa mengajak UMKM di sekitarnya untuk maju bersama,” tambah Dani.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memperkirakan bahwa jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia dapat meningkat hingga 83 juta pada tahun 2034.
SVP Micro Business Development Division BRI, Dani Wildan, mengungkapkan bahwa apabila proyeksi ini terealisasi, masyarakat Indonesia dapat terbebas dari jeratan pendapatan kelas menengah atau middle income trap. “Jika pada tahun 2034 jumlah UMKM mencapai 83 juta, maka bangsa ini berpotensi keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah,” ujarnya dalam acara The Economics Insight 2025 yang diadakan oleh Kumparan beberapa waktu lalu.
Namun, peningkatan jumlah UMKM ini juga harus diimbangi dengan peningkatan produktivitas. BRI berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan produktivitas pelaku UMKM melalui pendampingan dan pelatihan.
Berdasarkan data BRI, sektor UMKM saat ini berkontribusi lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan juga menyerap lebih dari 60% tenaga kerja nasional.
Dani menambahkan bahwa di tengah ketidakpastian ekonomi global yang dapat berdampak pada Indonesia, ada beberapa aspek yang harus dipersiapkan UMKM agar tetap berkembang di 2025. Di antaranya adalah motivasi, produktivitas, dan interkonektivitas.
Selain itu, perlindungan hak kekayaan intelektual juga menjadi faktor penting. “China sangat fokus terhadap hak cipta. Perlindungan hak kekayaan intelektual harus diperkuat agar inovasi dapat terus berkembang,” jelasnya. Selain itu, dibutuhkan perwakilan atau champion yang dapat mendorong UMKM untuk meningkatkan konektivitas.
Terakhir, fungsi research and development (R&D) yang melibatkan akademisi juga menjadi kunci dalam meningkatkan jumlah dan produktivitas UMKM.
“Konsep-konsep yang dikembangkan di universitas dapat dikomersialkan oleh para champion dan diharapkan bisa mengajak UMKM di sekitarnya untuk maju bersama,” tambah Dani.
Cek Berita dan Artikel Lainnya di Google News