InfoEkonomi.IDÂ – Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada tahun 2024. Namun, laporan PwC Indonesia menggarisbawahi beberapa tantangan global dan domestik yang harus dihadapi demi mencapai target tersebut.
PwC Indonesia melaporkan bahwa kebijakan pengetatan di negara-negara maju dan pengurangan dukungan fiskal diperkirakan akan berdampak pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Pertumbuhan ekonomi global diprediksi melambat pada tahun 2024, dengan pertumbuhan PDB berdasarkan Purchasing Power Parity (PPP) turun menjadi 2,9% dari 3,2% pada tahun sebelumnya.
PwC Indonesia Investment Director, Julian Smith, mengatakan bahwa terdapat tantangan penurunan harga komoditas dan kondisi perekonomian di China sebagai mitra dagang utama Indonesia. Selain itu, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 menargetkan penerimaan negara Rp 2.802,3 triliun dan belanja negara Rp 3.325,1 triliun.
“Angka tersebut diprediksi akan defisit sebesar Rp 522,8 triliun. Sementara itu, dibandingkan dengan tahun 2023, Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar US$ 36,91 miliar, turun 32,33% dibandingkan 2022 akibat turunnya harga komoditas global,” katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (18/6/2024).
Indonesia juga harus menghadapi tantangan lain seperti inflasi yang diperkirakan berkisar 2,6% pada tahun 2024, serta fluktuasi harga pangan dan bahan bakar. Potensi gangguan rantai pasokan global turut mempengaruhi harga barang impor.
Selain itu, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah menunjukkan tren peningkatan akibat kebijakan moneter ketat yang dipertahankan oleh The Fed, dengan depresiasi rupiah mencapai level terendah dalam 3,5 tahun terakhir pada Rp 16.249 per dolar AS pada April 2024.
Bank Indonesia merespons dengan menetapkan BI Rate sebesar 6,25% untuk mengatasi perlambatan pasar ekonomi global dan antisipasi terhadap suku bunga Federal Reserve yang lebih tinggi.
Meskipun tantangan masih membentang, Indonesia memiliki beberapa keunggulan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut. Inflasi pada 2023 yang turun menjadi 2,61% dari 5,51% merupakan salah satu efektivitas kebijakan moneter.
Selain itu, konsumsi domestik menyumbang 57% terhadap PDB tahun 2023. Disusul dengan kenaikan gaji 8% bagi 3,7 juta pegawai negeri diprediksi Julian akan terus meningkatkan belanja.
Terpilihnya Prabowo Subianto sebagai presiden dengan komitmennya melanjutkan kebijakan pemerintahan membuat iklim investasi lebih stabil dan mengurangi ketidakpastian politik. Hal tersebut berpengaruh penting mengingat target investasi sebesar RP 1.650 triliun pada 2024 dengan 50% berasal dari investasi asing langsung.
Indonesia masih memunyai tingkat lapangan kerja sebesar 69,80%, salah satu tertinggi di antara negara-negara G20. Hal tersebut sebagai tanda bahwa Indonesia bisa bertahan meskipun dideru tantangan perekonomian global.
“Meskipun terdapat tantangan pada tahun 2023, Indonesia telah menunjukkan ketahanan terhadap guncangan global dan basis ekonomi yang semakin terdiversifikasi diharapkan dapat memitigasi dampak buruk tersebut, sehingga berpotensi memberikan landasan yang kokoh bagi pertumbuhan yang berkelanjutan,” tutur Julian Smith. Artikel ini dilansir dari detikfinance.