Minggu, Februari 9, 2025
spot_img

BULOG Jamin Ketersediaan Stok dan Kestabilan Harga Beras Selama 2024

InfoEkonomi.ID – Perusahaan Umum (Perum) BULOG sebagai BUMN yang bergerak di bidang logistik pangan, memastikan ketersediaan stok dan stabilitas harga beras aman di sepanjang tahun 2024.

Hl ini disebabkan oleh adanya keputusan pemerintah untuk melakukan penambahan impor beras sebesar 1,6 juta ton beras. Dengan begitu kuota total impor beras sebesar 3,6 juta ton selama 2024.

- Advertisement -

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menyampaikan, pihaknya berterima kasih kepada pemerintah atas penambahan kuota 1,6 juta ton beras, dari ketetapan awal 2 juta ton beras impor di tahun ini.

“Jadi sampai dengan saat ini jumlah yang kita impor cukup untuk memperkuat stok sekaligus melaksanakan program-program yang dibuat oleh yang sudah ditugaskan oleh pemerintah,” ungkap Bayu, dalam wawancara eksklusif bersama IDTV yang dilansir dari beritasatu, di kantor Bulog, Jakarta, dikutip Senin (11/3/2024).

- Advertisement -

Adapun program-program pemerintah yang dimaksud, yakni bantuan pangan untuk 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM), penjualan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET), hingga dukungan terhadap penggilingan padi dan distributor dengan penjualan komersial.

“Semuanya itu sudah tetap kita bisa jaga untuk dilaksanakan dan menjaga stok tidak boleh turun dan tidak boleh lebih kecil dari 1 juta ton beras. Itu kita kelola dengan impor dari negara sahabat dan mitra dalam jumlah yang cukup,” bebernya.

Bayu mengungkapkan, jutaan ton beras itu hampir keseluruhan diimpor dari negara-negara Asia seperti Vietnam, Thailand, Myanmar, Kamboja, Pakistan dan menyusul India setelah kembali masuk ke pasar internasional.

Lebih lanjut, Bayu menambahkan, Bulog akan terus melakukan pemantauan impor beras dengan kuota 3,6 juta ton selama 2024. Bulog juga akan mempertimbangkan masa panen raya di Indonesia yang terjadi pada Maret hingga Mei mendatang.

- Advertisement -

“Kita juga harus lihat Maret, April, Mei adalah masa panen sehingga memungkinkan harus berhenti impornya karena mencoba untuk bisa mendapatkan dari dalam negeri,” ujar Bayu.

“Namun, mulai Juni hingga Desember itu sudah mulai paceklik lagi. Jadi kami harus mengelola importasi ini dengan urutan waktu yang sesuai dengan kebutuhan di dalam negeri tadi,” tutupnya.

Kirimkan Press Release berbagai aktivitas kegiatan Brand Anda ke email sekred@infoekonomi.id

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Ikuti Kami

4,488FansSuka
6,727PengikutMengikuti
2,176PelangganBerlangganan

Terbaru

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img