Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) diperkirakan bergerak mendatar pada perdagangan Rabu (30/7), di tengah sikap wait and see pelaku pasar terhadap perkembangan negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China serta keputusan suku bunga dari bank sentral AS, The Federal Reserve.
IHSG dibuka menguat sebesar 20,80 poin atau 0,27 persen ke level 7.638,71. Sementara itu, indeks LQ45 yang berisi 45 saham unggulan naik tipis 0,11 persen atau 0,87 poin ke posisi 805,93.
Menurut Analis Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, pergerakan IHSG hari ini masih dibayangi oleh potensi aksi ambil untung (profit taking), khususnya jika indeks menembus level support 6.500 hingga 6.550. Namun, jika IHSG mampu bertahan di atas level 7.600 hingga 7.620, maka peluang penguatan lanjutan masih terbuka.
“Perlu diwaspadai jika IHSG menembus level ‘support’ 6.500 sampai 6.550, yang dapat membuka peluang ‘profit taking’ lanjutan. Sebaliknya, jika bertahan di atas level 7.600 sampai 7.620, peluang penguatan lanjutan masih terbuka,” ujar Analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim dalam kajiannya di Jakarta, Rabu (30/7).
Dari sisi global, perhatian investor tertuju pada arah perundingan perdagangan antara Amerika Serikat dan China yang hingga kini masih belum menunjukkan kejelasan. Perwakilan Dagang AS menyebut bahwa proses negosiasi berjalan ke arah yang positif, namun belum memberikan sinyal konkret apakah kesepakatan akan tercapai atau tidak.
Jika negosiasi gagal dan masa penangguhan tarif tidak diperpanjang, maka barang-barang asal China akan dikenakan tarif sebesar 34 persen mulai Agustus 2025, sesuai dengan pengumuman yang dirilis pada 2 April 2025 lalu. Ketidakpastian ini turut memberi tekanan terhadap sentimen pasar global.
Selain isu dagang, investor juga menantikan hasil rapat kebijakan moneter Federal Reserve yang akan diumumkan hari ini. Sebagian besar analis memprediksi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan di level 4,25–4,5 persen. Namun, perhatian utama pelaku pasar tertuju pada sinyal-sinyal potensi penurunan suku bunga yang kemungkinan akan dilakukan pada September 2025 mendatang.
Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) merilis revisi positif terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi global. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan mencapai 3 persen pada 2025 dan meningkat menjadi 3,1 persen pada 2026. Revisi ini didorong oleh kondisi ekonomi dunia yang dinilai lebih tangguh, terutama karena menurunnya tarif impor AS, pelonggaran kebijakan keuangan, serta peningkatan ekspor dari beberapa negara.
Bursa saham global menunjukkan kinerja bervariasi. Bursa saham Eropa kompak ditutup menguat pada perdagangan Selasa (29/7), dengan indeks Euro Stoxx 50 naik 0,84 persen, FTSE 100 Inggris menguat 0,60 persen, DAX Jerman melonjak 1,03 persen, dan CAC 40 Prancis menguat 0,72 persen.
Sementara itu, bursa saham AS di Wall Street ditutup variatif pada perdagangan Selasa (29/07), di antaranya indeks S&P melemah 0,30 persen berakhir di level 6.370,86, indeks Nasdaq Composite melemah 0,38 persen ke posisi 21.098,29, sedangkan Dow Jones Industrial Average turun 204,57 poin atau 0,46 persen ditutup di 44.632,99.
Bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei menguat 6,45 poin atau 0,61 persen ke 40.673,50, indeks Shanghai menguat 15,45 poin atau 0,44 persen ke 3.625,76, indeks Hang Seng melemah 130,95 poin atau 0,55 persen ke 25.284,00, indeks Straits Times turun 4,47 poin atau 0,10 persen ke 4.224,00.
Cek Artikel dan Berita Lainnya di Google News





























