Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka melemah pada perdagangan Jumat pagi, seiring tekanan dari pasar global dan sikap hati-hati pelaku pasar terhadap situasi ekonomi dalam negeri.
IHSG tercatat turun sebesar 28,19 poin atau 0,39 persen ke level 7.176,18 pada pembukaan perdagangan. Sementara itu, indeks LQ45 yang berisi 45 saham unggulan juga melemah 4,23 poin atau 0,52 persen ke posisi 803,65.
“Sentimen yang datang dari eksternal diekspektasikan akan memberikan dampak yang lebih besar. Mulai dari kesepakatan antara Amerika Serikat (AS) dengan China, data Indeks Harga Produsen (IHP) AS, hingga ketegangan di Timur Tengah,” sebut Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta persis dilansir dari ANTARA, Jumat (13/6).
Fokus pasar masih tertuju pada hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China, yang masih dalam proses negosiasi. Presiden AS Donald Trump menyatakan keterbukaannya untuk memperpanjang batas waktu pembicaraan perdagangan hingga 8 Juli, meski belum tentu diperlukan.
Di sisi lain, data inflasi AS yang tetap terkendali memberikan ruang bagi The Federal Reserve (The Fed) untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga acuan. Tekanan dari Presiden Trump terhadap The Fed untuk mempercepat pelonggaran kebijakan moneter diperkirakan dapat mendorong penurunan suku bunga lebih cepat, bahkan secepatnya pada September 2025.
Dari dalam negeri, data survei Bank Indonesia pada Mei 2025 menunjukkan kecenderungan masyarakat untuk mengurangi konsumsi dan memperkuat tabungan. Rasio konsumsi terhadap pendapatan menurun menjadi 74,3 persen, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 74,8 persen. Sebaliknya, proporsi pengeluaran untuk cicilan atau utang sedikit meningkat menjadi 10,8 persen, dan tabungan tetap stabil di level 14,9 persen.
Penurunan konsumsi terjadi hampir di semua kelompok pendapatan, kecuali pada rumah tangga dengan pengeluaran di atas Rp5 juta per bulan yang justru mengalami peningkatan konsumsi. Sementara itu, kelompok berpendapatan menengah seperti Rp1–2 juta dan Rp4,1–5 juta menunjukkan peningkatan kecenderungan untuk menabung.
Secara umum, data ini mencerminkan sikap waspada masyarakat dalam menyikapi ketidakpastian ekonomi. Mereka mulai mengatur ulang alokasi keuangan dengan mengurangi pengeluaran konsumtif dan memperkuat cadangan keuangan melalui tabungan, sebagai langkah.
Pada perdagangan Kamis (12/6), bursa saham global menunjukkan pergerakan yang bervariasi. Pasar saham Eropa cenderung melemah, seperti Euro Stoxx 50 yang turun 0,36 persen, DAX Jerman turun 0,74 persen, dan CAC Prancis melemah 0,14 persen. Namun, indeks FTSE 100 Inggris justru naik 0,23 persen.
Sementara itu,bursa AS di Wall Street kompak menguat pada perdagangan Kamis (12/6), indeks S&P naik 0,38 persen dan ditutup di level 6.045,26, Nasdaq Composite menguat 0,24 persen dan mengakhiri perdagangan di 19.662,48, sedangkan Dow Jones Industrial Average menanjak 101,85 poin atau naik 0,24 persen menetap di 42.967,6
Bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei melemah 421,59 poin atau 1,11 persen ke 37.750,50, indeks Shanghai melemah 19,63 poin atau 0,58 persen ke 3.383,76, indeks Hang Seng turun 85,38 poin atau 0,35 persen ke 23.965,00, dan indeks Strait Times melemah 16,41 poin atau 0,42 persen ke 3.905,33.
Cek Artikel dan Berita Lainnya di Google News