Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkapkan kewaspadaan terhadap kebijakan Presiden Donald Trump yang berpotensi mengenakan tarif tinggi terhadap impor Amerika Serikat dari Indonesia. Pemerintah pun tengah menyusun langkah-langkah antisipatif guna menghindari dampak negatif terhadap perdagangan nasional.
“Pertama kita antisipasi dulu kebijakan Trump ini, yang kebijakan mengenai tarif. Kita lagi antisipasi apa sih langkah-langkah yang harus kita lakukan. Kita lagi mencoba, jangan sampai nanti kita kena dampaknya,” kata Mendag ditemui di sela meninjau harga sejumlah komoditas pangan di Pasar Senen Jakarta Pusat, Selasa (18/3).
Pemerintah Indonesia sedang mengantisipasi dampak kebijakan tarif yang akan diterapkan oleh Presiden Amerika Donald Trump, untuk menjaga kestabilan pasat perdagangan Indonesia.
Pemerintah sedang menyusun langkah-langkah yang harus dilakukan agar dampak kebijakan tersebut tidak merugikan Indonesia, terutama dalam hal akses pasar ke Amerika Serikat.
Budi Santoso menjelaskan bahwa Indonesia merupakan penyumbang defisit perdagangan ke-15 bagi Amerika Serikat. Artinya, nilai ekspor Indonesia ke AS jauh lebih besar dibandingkan impor dari negara tersebut. Dengan kondisi ini, pemerintah berupaya menjaga keseimbangan perdagangan bilateral agar tetap menguntungkan.
“Jadi kita sedang antisipasi pasar kita. Kita itu kan penyumbang defisit nomor 15 ke Amerika. Jadi ekspor kita besar, impor kita nggak terlalu besar dari Amerika. Sehingga kita jaga dulu, kita jaga,” tuturnya.
Pemerintah terus memantau kebijakan tarif yang akan diterapkan oleh Amerika Serikat guna memastikan akses pasar Indonesia tetap aman, tanpa terganggu oleh kemungkinan kenaikan tarif tersebut.
Menurut Budi Santoso, menjaga hubungan perdagangan yang stabil dengan Amerika Serikat sangat penting bagi keberlanjutan ekspor Indonesia. Selain itu, pemerintah juga perlu memastikan bahwa akses pasar AS ke Indonesia tidak terganggu demi menjaga hubungan dagang yang seimbang.
“Jadi ini dalam waktu dekat ini gimana supaya akses pasar kita ke sana aman. Tetapi akses Amerika ke sini juga jangan diganggu gitu. Jadi karena kita terlalu besar ya, terlalu besar ekspor ke sananya. Ya itu kita jaga dulu, yang penting itu dulu,” jelasnya.
Meskipun ada kekhawatiran terkait kebijakan tarif, Mendag berharap Indonesia tidak terkena tarif tambahan dari AS. Namun, pemerintah tetap bersiap menghadapi kemungkinan tersebut.
“Ya mudah-mudahan nggak, mudah-mudahan nggak (kena kenaikan tarif),” kata dia.
Budi Santoso juga mengungkapkan bahwa kebijakan tarif AS kemungkinan akan diumumkan pada 2 April 2025. Ia menyebutkan bahwa pemerintah telah berkoordinasi dengan Duta Besar Amerika Serikat untuk memahami kemungkinan kebijakan yang akan diterapkan.
“Sementara masih aman, kita tunggu. Kan rencananya tanggal 2 April mau diumumkan. Tapi kemarin kami juga ketemu dengan Dubes Amerika, beliau juga udah ngasih kisi-kisi negara, kira-kira kenapa sih negara lain harus dikenakan? Penyebabnya apa ya, udah dikasih kisi-kisi,” imbuh Mendag.
“Makanya kita harus jaga terus hubungan perdagangan kita, pasar kita di sana supaya aman. Tapi pasar Amerika di sini juga aman,” tambah Mendag.
Pemerintah berkomitmen untuk menjaga stabilitas perdagangan dengan AS, sembari memastikan kebijakan tarif baru tidak berdampak buruk pada ekspor Indonesia. Dengan langkah antisipatif yang sedang disusun, diharapkan perdagangan antara kedua negara tetap berjalan lancar tanpa hambatan berarti.
Cek Artikel dan Berita Lainnya di Google News