InfoEkonomi.ID – Nilai tukar rupiah berhasil menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah data konsumsi AS menunjukkan penurunan signifikan, memberikan angin segar bagi mata uang Indonesia. Pada hari ini, Rabu (25/9), rupiah dibuka menguat 0,59% dan berada di level Rp15.090/US$, angka tertinggi sejak 31 Juli 2023.
Data dari Refinitiv menunjukkan penurunan DXY (Indeks Dolar AS) sebesar 0,13%, berada di angka 100,33 pada pukul 08:59 WIB. Ini merupakan posisi lebih rendah dibandingkan dengan kemarin yang tercatat di angka 100,47.
Penguatan rupiah tak lepas dari laporan indeks keyakinan konsumen (IKK) AS yang mengalami penurunan tajam. IKK AS turun 6,9 poin ke angka 98,7, yang merupakan penurunan terbesar sejak Agustus 2021. Angka ini jauh di bawah ekspektasi pasar yang sebelumnya diprediksi berada di 103,8.
Ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi AS enam bulan ke depan juga menurun ke angka 81,7, sementara penilaian mereka terhadap kondisi saat ini turun ke angka 124,3. Dengan IKK berada di bawah ambang batas 100, hal ini mencerminkan pesimisme konsumen terhadap prospek ekonomi, yang mendorong mereka untuk menahan pengeluaran.
Penurunan tersebut dipengaruhi oleh melemahnya pasar tenaga kerja dan tingginya biaya hidup di AS. Konsumen mulai khawatir tentang pengurangan jam kerja, perlambatan kenaikan gaji, dan berkurangnya lowongan pekerjaan.
Akibat penurunan konsumsi tersebut, DXY turun dan memberikan keuntungan bagi rupiah yang kini mengalami apresiasi signifikan.
“Penurunan dalam indeks ini mencerminkan kekhawatiran konsumen tentang pasar tenaga kerja, meskipun secara keseluruhan pasar tenaga kerja masih cukup sehat dengan tingkat pengangguran yang rendah dan upah yang tinggi,” jelas Dana Peterson, kepala ekonom di The Conference Board, dikutip dari cnbcindonesia.com.
Dengan turunnya IKK dan ketidakpastian ekonomi AS, mata uang rupiah memanfaatkan situasi ini untuk mencapai level terkuatnya dalam lebih dari setahun.
