InfoEkonomi.ID – PT Borneo Alumina Indonesia sedang mempertimbangkan potensi ekspor produk alumina ke beberapa negara, termasuk China, Jepang, dan negara-negara Eropa, seiring dengan mulai beroperasinya proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah Fase I di Kalimantan Barat.
Proyek smelter ini, yang dimiliki oleh anak usaha PT Inalum dan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam), kini telah memasuki tahap commissioning dan ditargetkan akan berproduksi penuh pada kuartal II tahun 2025. Fasilitas ini memiliki kapasitas produksi hingga 1 juta ton alumina per tahun.
Dilansir dari bisnis.com, Direktur Utama Borneo Alumina Indonesia, Leonard M Manurung, menjelaskan bahwa produksi SGAR Mempawah Fase I akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan smelter aluminium milik Inalum terlebih dahulu. Inalum, sebagai pemegang saham, membutuhkan sekitar 600.000 ton alumina per tahun. Sisanya akan didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun untuk diekspor ke pasar internasional.
Saat ini, Borneo Alumina Indonesia masih membuka peluang ekspor ke berbagai negara karena belum ada kontrak jangka panjang yang mengikat. Beberapa negara yang menjadi tujuan potensial untuk ekspor alumina adalah China, Jepang, dan negara-negara di Eropa.
Leonard juga menegaskan bahwa keberadaan SGAR Mempawah sangat strategis dalam mendukung industri aluminium dalam negeri. Selama ini, sebagian besar kebutuhan alumina sebagai bahan baku aluminium di Indonesia masih dipenuhi dari impor. Dengan kapasitas produksi SGAR yang besar, Indonesia diharapkan mampu memenuhi kebutuhan alumina dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Selain itu, kehadiran SGAR Mempawah akan memperkuat rantai pasokan antara mineral bijih bauksit yang dihasilkan dari tambang Antam dengan pabrik peleburan aluminium milik Inalum. Bauksit yang akan diproses di SGAR Mempawah akan dipasok dari tambang Antam di Mempawah, dan ke depannya juga akan diambil dari tambang Antam di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Total kebutuhan bauksit untuk operasional SGAR ini diperkirakan mencapai 3 hingga 3,5 juta ton per tahun.