InfoEkonomi.ID – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan terus menguat, meskipun mata uang Paman Sam masih bertengger di kisaran Rp16.000an. Terkait hal ini, Bank Indonesia (BI) akan menempuh berbagai kebijakan moneter untuk mendongkrak nilai tukar rupiah.
Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, rupiah telah menguat 1,21% dibandingkan akhir Juni 2024. Dia juga menjelaskan penguatan ini merupakan hasil dari langkah-langkah kebijakan moneter yang telah dilakukan BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
BI berkomitmen untuk menjaga stabilitas rupiah terhadap dolar AS, yang didukung juga oleh fundamental perekonomian Indonesia yang kuat. Perry mencatat rupiah sudah terdepresiasi 4,84% dibanding akhir Desember 2023.
Meski begitu, pelemahan rupiah tidak separah mata uang negara lain seperti peso Filipina, baht Thailand, dan won Korea Selatan. Masing-masing mata uang itu terdepresiasi 5,14%, 5,44% dan 7,03%.
“Dengan perkembangan tersebut nilai tukar rupiah year to date kalau dibanding akhir Desember 2023 mencatat depresiasi 4,84%. Depresiasi rupiah ini lebih rendah dibandingkan pelambatan peso Filipina, baht Thailand, won Korea, yang masing-masing terdepresiasi sebesar 5,14%, 5,44% dan 7,03%,” bebernya.
BI memperkirakan nilai tukar rupiah bergerak stabil dan cenderung menguat. Hal ini sejalan dengan rendahnya inflasi serta ekonomi Indonesia yang tetap tumbuh.
“Ke depan kami perkirakan nilai tukar rupiah bergerak stabil dalam kecenderungan menguat, sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, dan tetap baiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta komitmen BI untuk terus menstabilkan nilai tukar rupiah, yang semuanya mendorong keberlanjutan aliran masuk modal asing,” pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di detikfinance dengan judul “Gubernur BI Ungkap Rupiah Bisa Perkasa Lagi“