InfoEkonomi.ID – Saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. tiba-tiba melonjak 8,1% dalam sesi II perdagangan hari Jumat (22/3/2024). Pada pukul 14.56 WIB, saham BBTN mencapai 1.540, meningkat dari pembukaan sebelumnya di level 1.425.
Dalam kolom beli, terdapat 367.617 lot dalam antrean, sementara dalam kolom jual terdapat 138.702 lot. Harga 1.510 menjadi yang paling dominan dalam antrean beli dengan total 28.590 lot, sedangkan dalam antrean jual, harga paling tinggi adalah 1.550 dengan total 32.951 lot.
Kenaikan saham BBTN ini terjadi setelah tanggal cum dividen berakhir pada 20 Maret 2024. Biasanya, harga saham turun setelah melewati tanggal cum dividen, yaitu batas terakhir untuk membeli saham dengan hak menerima dividen.
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BTN memutuskan untuk membagikan dividen sebesar 20% dari laba bersih tahun buku 2023. Dengan demikian, emiten dengan kode BBTN akan membagikan dividen sebesar Rp 700,19 miliar atau setara dengan Rp 49,9 per saham. Sementara itu, 80% dari laba bersih, yaitu sekitar Rp 2,8 triliun, ditetapkan sebagai saldo ditahan untuk pengembangan usaha perusahaan.
Keputusan tentang rasio dividen dalam RUPST BTN pada Rabu (6/3/2024) sama dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2023, BTN memutuskan rasio dividen sebesar 20% atau sekitar Rp 609 miliar dari laba bersih tahun buku 2022 senilai Rp 3,04 triliun.
BTN mencatat laba sebesar Rp 3,5 triliun sepanjang tahun 2023, meningkat 14,94% secara tahunan. Laba tersebut didorong oleh pendapatan bunga bersih yang naik 9,2% secara tahunan menjadi Rp 28,27 triliun pada periode yang berakhir pada Desember 2023. Meskipun demikian, beban bunga juga meningkat 36,31% secara tahunan menjadi Rp 20,05 triliun.
Dalam fungsi intermediasi, BTN berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 296,58 triliun, meningkat 11,25% secara tahunan pada tahun 2023. Sementara itu, kualitas kredit juga tetap terjaga dengan penurunan nonperforming loan (NPL) net menjadi 3,01% dari 3,38% pada tahun sebelumnya.
Pertumbuhan kredit turut mendorong aset BTN naik 9,1% secara tahunan menjadi Rp 438,75 triliun pada akhir Desember 2023 dari Rp 302,15 triliun pada akhir Desember 2022.





























