InfoEkonomi.ID – PT Pertamina Geothermal Tbk (PGEO) yang merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero) dikabarkan tengah mencari pinjaman bank sebesar US$ 1 miliar atau setara Rp15,3 triliun untuk mendanai pengembangan bisnisnya..
Dalam hal ini, Pertamina Geothermal berburu pinjaman berbasis berkelanjutan (Environmental Social Governance/ESG loan).
“PGEO berharap, proposal pinjaman berbasis ESG ini rampung akhir bulan ini,” seperti dilansir dari Bloomberg.
Perseroan juga berharap, bisa meraih pinjaman bank dengan bunga kurang dari 100 basis poin berpatokan pada The Secured Overnight Financing Rate (SOFR).
Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Nelwin Aldriansyah mengaku, belum bisa memberikan tanggapan apa pun atas kabar ESG loan tersebut.
“Mohon maaf, kami belum bisa memberikan tanggapan,” ucap Nelwin seperti dikutip investor di Jakarta, kemarin.
Inisiatif PGEO mencari pendanaan ini patut disinyalir berhubungan erat dengan rencana perseroan untuk mengakuisisi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PT Sorik Marapi Geothermal Power yang dikuasai KS Orka Renewables.
Nilai transaksi pengambilalihan aset panas bumi ini diestimasikan mencapai US$ 1 miliar, seperti dilaporkan Reuters. Di samping aktif mencari pendanaan dari perbankan, belum lama ini Nelwin juga menyampaikan, Pertamina Geothermal berencana menerbitkan green bonds senilai US$ 500 juta pada akhir 2024.
Dia menerangkan, dana itu untuk memperkuat kapasitas produksi panas bumi terpasang sebesar 350 megawatt dalam dua tahun ke depan. Soalnya, PGEO berambisi menjadi operator panas bumi terbesar di Indonesia dan kedua di Asia dengan kapasitas produksi mencapai 1 gigawatt.
Saat ini, sambungnya, perseroan sudah memiliki kapasitas panas bumi terpasang sebesar 672 megawatt dan akan terus naik hingga 1 gigawatt.