InfoEkonomi.ID – Para ekonom memprediksikan bahwa situasi ekonomi dunia tahun depan penuh ketidakpastian akibat tingginya inflasi dan potensi resesi. Di tengah kondisi ini, PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Danamon) bersama dengan Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) menyelenggarakan Danamon Wealth Series bertajuk “Surviving the High Interest Rate Environment” di Hotel the Westin, Surabaya untuk membahas tantangan dan potensi di tahun 2023.
“Danamon rutin mengadakan kegiatan Danamon Wealth Series yang mengangkat topik terkini, yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai outlook ekonomi, tren, dan solusi investasi bagi para nasabah setia kami. Melalui acara ini, Danamon bersama dengan Batavia bersinergi untuk membantu nasabah setia Danamon bersiap diri dengan memberikan navigasi dan gam-baran yang jelas dan detil mengenai arah dan tren ekonomi untuk menghadapi tahun yang baru agar bisa mengambil keputusan investasi yang cermat dan tepat,” ujar Rita Mirasari, Direktur PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
Bukan tanpa sebab apabila kita lebih bersiap diri di tahun 2023, karena sepanjang tahun 2022, The Federal Reserve telah menaikkan tingkat suku bunga di Amerika Serikat sebesar 375 basis points, salah satu langkah yang diambil oleh Bank Sentral negara tersebut guna menahan laju inflasi yang sampai dengan Oktober 2022 masih berada di level 7,7%.
Meskipun sudah menunjukkan penurunan, namun inflasi yang masih jauh dari target The Fed yaitu 2% membuat The Fed masih diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneter yang ketat ke depannya, sampai dengan target inflasi dari The Fed bisa dicapai.
Kebijakan-kebijakan kenaikan suku bunga yang diambil oleh Bank Sentral di dunia diperkirakan akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Tingkat suku bunga yang tinggi pada periode di mana ekonomi belum benar-benar pulih dari pandemi Covid-19 diperkirakan akan menjadi tan-tangan bagi dunia industri, investasi, maupun pertumbuhan ekonomi di tahun 2023.
Sementara dari sisi domestik, Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan potensi ketahanan ekonomi yang mumpuni. Bahkan, di dalam laporan yang baru-baru ini dikeluarkan oleh IMF, ekonomi Indonesia diprediksi masih akan bertumbuh di level 5% di tahun 2023.
Inflasi yang masih terjaga di level 5,4% dan nilai tukar rupiah yang masih terjaga membuat urgen-si dari Bank Indonesia untuk menerapkan kebijakan suku bunga yang ketat belum terlalu tinggi. Namun demikian Bank Indonesia telah melakukan langkah pre-emptive dengan melakukan kenai-kan suku bunga ke 5,25%.
Wisnu Wardana, Kepala Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk menyatakan bahwa sektor riil Indonesia akan didukung oleh simpanan dari keuntungan komoditas yang lalu, meskipun akan menghadapi tantangan dari sisi inflasi dan tingkat suku bunga yang tinggi. Perbaikan di sisi per-mintaan domestik akan menyebabkan pelebaran neraca transaksi berjalan menjadi -1% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan volatilitas di nilai tukar, sehingga bisa menekan tingkat Rupiah pada paruh pertama tahun 2023. Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih akan dapat bertumbuh sampai dengan 5,3% di tahun 2023.
Sementara dari pasar obligasi, Wisnu berpendapat bahwa pada tahun 2023 akan ada resiko ketid-akseimbangan penawaran dengan permintaan yang moderat, sementara aliran dana asing ke pasar obligasi sendiri masih akan terbatas dengan kondisi real yield obligasi Indonesia dibanding-kan dengan negara lain. Wisnu pun memperkirakan bahwa yield obligasi pemerintah 10 tahun masih bisa tertekan pada awal tahun, sebelum akhirnya menuju ke level 7,02% pada akhir 2023.
Menanggapi hal ini, Eri Kusnadi, Direktur PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen menyatakan ekonomi Indonesia masih memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang cukup baik pada tahun de-pan. Pertumbuhan ekonomi yang masih positif akan mendorong tingkat laba perusahaan, sehing-ga diperkirakan EPS Growth dari emiten yang ada di bursa saham Indonesia masih akan tumbuh 5% sampai dengan 7% di tahun 2023.
“Fundamental ekonomi Indonesia seringkali terbukti memiliki resiliensi yang cukup baik dalam menghadapi gejolak ekonomi dunia. Namun demikian kita tetap perlu mewaspadai dampak dari sentimen negatif yang tetap dapat mempengaruhi pergerakan pasar modal dalam negeri. Volatili-tas dan fluktuasi mungkin terjadi bisa dimanfaatkan sebagai peluang investasi selama dilakukan secara bijaksana yakni sesuai dengan profil risiko serta dilakukan untuk jangka menengah-panjang.”
Ia menyarankan untuk mencapai pertumbuhan yang optimum, pengelolaan berbasis fundamental active menjadi penting untuk bisa meraih potensi imbal hasil yang menarik dari kelas asset serta sektor-sektor yang mendapatkan dukungan dari kondisi ekonomi saat ini, dan investasi di reksa dana BPAM bisa menjawab kebutuhan akan pengelolaan fundamental active tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan investasi nasabah, Danamon menghadirkan produk-produk unggulan dari BPAM yang dapat dipilih oleh nasabah seperti:
• Batavia Dana Kas Maxima & Batavia Dana Liquid untuk Reksa Dana Pasar Uang,
• Batavia Dana Obligasi Ultima untuk Reksa Dana Pendapatan Tetap yang berinvestasi pada in-strumen Obligasi sebesar minimal 80%,
• Batavia USD Balanced Asia reksa dana campuran dalam denominasi USD
• Batavia Dana Saham dengan fokus investasi pada saham berkapitalisasi besar,
• Batavia Dana Saham Optimal dengan fokus investasi pada saham berkapitalisasi kecil menengah
• Batavia Disruptive Equity dengan fokus investasi pada saham dengan tema disruptor
• Batavia LQ45 Plus dengan portofolio mengacu pada indeks LQ45
Ivan Jaya, Consumer Funding Business Head Danamon menambahkan bahwa kehadiran ragam produk yang lengkap dari Batavia untuk Nasabah Danamon adalah upaya untuk dapat memenuhi kebutuhan investasi nasabah yang beragam.
“Kehadiran produk-produk dengan tema yang berbeda bisa menjadi solusi untuk melakukan diver-sifikasi atas investasi nasabah. Batavia sebagai salah satu manajer investasi ternama di Indonesia diharapkan dapat memberikan manfaat pengelolaan investasi yang bisa memberikan imbal hasil yang optimal bagi nasabah,” jelas Ivan.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa Danamon senantiasa berusaha untuk memberikan solusi inves-tasi cerdas sebagai salah satu bagian untuk memenuhui kebutuhan finansial nasabah. Selain ragam produk reksa dana, Danamon juga menyediakan ragam produk investasi obligasi, FX, dan produk terstruktur yang bisa memenuhi kebutuhan investasi nasabah. Selain itu, adanya Invest-ment Specialist yang berpengalaman dan kehadiran acara seperti Danamon Wealth Series ini menjadi bagian dari upaya Danamon untuk memberikan pelayanan yang maksimal bagi Nasabah.
“Saya percaya bahwa potensi untuk berinvestasi masih akan ada bahkan dalam situasi perekono-mian yang tidak pasti, selama kita memiliki informasi dan strategi yang tepat dalam melakukan investasi tersebut. Fluktuasi di pasar adalah normal dan merupakan bagian dari investasi. Semen-tara penurunan di pasar menciptakan peluang investasi yang menarik. Beberapa instrumen yang masih akan menarik di tahun 2023 diantaranya obligasi pemerintah, khususnya dengan tenor jangka menengah dan panjang yang memiliki imbal hasil yang lebih baik dan memiliki tahanan terhadap kenaikan suku bunga jangka pendek. Selain itu, reksa dana saham yang berinvestasi pa-da saham perusahaan dengan fundamental yang kuat, memiliki demand domestik yang tinggi, siklikal terhadap komoditas, dan memiliki modal yang kuat juga akan menarik.”
Kami di Danamon berharap untuk terus tumbuh bersama dengan para nasabah kami sebagai or-ganisasi yang customer-centric untuk menjadi “Bank Pilihan Anda”. Kami harap, acara ini dapat memberi nasabah informasi dan strategi yang berguna untuk membuat keputusan investasi yang masih berpotensi memberikan keuntungan untuk pertumbuhan portofolio. Ke depannya, Danamon berharap dapat menghadirkan semakin banyak variasi produk investasi bagi nasabah,” tutup Ivan.
































