Jumat, Februari 7, 2025
spot_img

Harga BBM Naik, Bisnis Menara Telekomunikasi Kena Dampak?

InfoEkonomi.ID – Kenaikan harga BBM diprediksi bisa mendorong kenaikan inflasi dan suku bunga acuan Bank Indonesia, namun Henry Tedja, analis pasar modal PT Mandiri Sekuritas menilai dampaknya cukup terkendali bagi bisnis perusahaan menara telekomunikasi seperti PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel.

Prediksi itu dikarenakan MTEL memiliki kontrak jangka panjang dengan perusahaan telekomunikasi yang mempunya neraca keuangan yang kuat, terutama setelah dilakukan konsolidasi di industri.

- Advertisement -

“Secara struktur biaya, industri menara yang bersifat capital intensive (padat modal) juga memiliki pengeluaran yang relatif tetap. Hal ini tercermin dari pendapatan sebelum bunga, pajak depresiasi dan amortisasi (EBITDA) margin perusahaan menara yang cukup tinggi di kisaran 80% termasuk Mitratel. Karena itu kami melihat dampak kenaikan harga BBM terhadap kinerja perusahaan relatif terbatas,” ujar Henry di Jakarta, Rabu (7/9/22).

Meski begitu, Henry mengingatkan kenaikan harga BBM bisa berpengaruh terhadap valuasi atau harga saham perusahaan. Sebab valuasi perusahaan menara seperti Mitratel, cenderung berbanding terbalik dengan inflasi atau suku bunga.

- Advertisement -

Hal ini karena relatif tingginya leverage yang dimiliki oleh perusahaan menara. Meskipun demikian, posisi Mitratel cukup baik mengingat tingkat leveragenya dibawah rata-rata industri.

“Akibatnya, kenaikan inflasi atau suku bunga akan memiliki pengaruh bagi saham industri menara telekomunikasi,” tuturnya.

Henry memperkirakan dalam jangka pendek, tingginya inflasi dan kenaikan suku bunga akan memberi sentimen bagi Mitratel. Namun dia memprediksi outlook perusahaan tetap positif dalam jangka menengah, terlebih setelah perusahaan mengakuisisi 6.000 menara milik Telkomsel.

“Hal ini akan mendukung pertumbuhan pendapatan dan EBITDA perusahaan dalam jangka menengah. Kami masih merekomendasikan BUY untuk saham Mitratel dengan target harga di Rp950 per saham,” ujar dia.

- Advertisement -

Pada penutupan perdagangan Senin (5/9/2022), harga saham MTEL di level Rp800 atau melemah 0,6% dibandingkan Jumat akhir pekan lalu. Namun dalam sepekan terakhir, saham MTEL naik 1,27% dan 6 bulan terakhir meningkat 3,23%.

Menurut Henry akuisisi tower yang dilakukan Mitratel terhadap 6.000 menara milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) akan berdampak positif bagi kinerja perusahaan, mengingat menara tersebut memiliki lokasi dan nilai strategis.

Akuisisi ini juga lebih cepat dari target awal yang dicanangkan, sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan cross-selling lebih cepat atas menara-menara tersebut kepada perusahaan telekomunikasi lainnya seperti Indosat Ooredoo Hutchison, XL Axiata, dan Smartfren. “Hal ini tentunya akan meningkatkan outlook pertumbuhan pendapatan dan EBITDA Mitratel dalam 2 tahun mendatang,” ungkap Henry.

Hingga akhir 2022, Henry memproyeksikan Mitratel berpeluang membukukan pertumbuhan pendapatan dan EBITDA 11-13% secara tahunan (YoY). Dia menilai akuisisi tower milik Telkomsel akan lebih berdampak positif bagi bisnis Mitratel pada 2023 dibandingkan di 2022, mengingat akuisisi ini baru terjadi pada kuartal III 2022.

Sehingga dampak penyewaan menara yang baru hanya akan berkontribusi dalam beberapa bulan di tahun ini. Selain itu, konsolidasi di industri telekomunikasi juga akan mempengaruhi permintaan menara tahun ini. Di sisi lain, pertumbuhan permintaan fiber yang cukup pesat di industri menara tentunya akan berdampak positif bagi bisnis Mitratel.

“Kami melihat adanya ruang bagi market untuk melakukan revisi target revenue dan EBITDA MTEL untuk tahun 2023 dengan adanya akuisisi 6.000 menara ini,” jelasnya.

Pada semester I 2022, Mitratel berhasil membukukan laba Rp891,54 miliar, naik 27,23% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp700,74 miliar. Laba itu sejalan dengan pendapatan yang naik 15,48% jadi Rp3,72 triliun pada semester I 2022. Laba bersih MTEL tumbuh kuat terutama berasal dari pendapatan operasional yang lebih tinggi seiring dengan pertumbuhan jumlah penyewa dan lokasi menara.

Untuk diketahui, awal Agustus 2022, Mitratel mengumumkan telah menandatangani Perjanjian Jual Beli (Sales & Purchase Agreement/SPA) untuk pengambilalihan 6.000 menara Telkomsel. Jumlah menara yang ditransaksikan ini jauh melebihi rencana aksi anorganik Mitratel yang tertuang di prospektus.

Sebanyak 6.000 menara yang diakuisisi Mitratel dari Telkomsel berada di lokasi – lokasi strategis yang tersebar di seluruh Indonesia, untuk mendukung percepatan penambahan potensi kolokasi dan pengembangan tower related business.

Mitratel juga telah menyiapkan infrastruktur telekomunikasi, baik itu menara, fiber optic dan power to tower yang tersebar di seluruh Indonesia, khususnya di luar Jawa, yang akan memberikan kemudahan kepada operator-operator telekomunikasi, maupun non operator untuk memanfaatkan solusi terlengkap dan terintegrasi yang telah dimiliki oleh Mitratel.

Kirimkan Press Release berbagai aktivitas kegiatan Brand Anda ke email sekred@infoekonomi.id

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Ikuti Kami

4,488FansSuka
6,727PengikutMengikuti
2,176PelangganBerlangganan

Terbaru

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img