Transformasi bisnis yang berkelanjutan tidak akan terwujud tanpa transformasi manusia di dalamnya. Di tengah era digital dan perubahan cepat dalam industri perbankan, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menegaskan pentingnya peran talenta muda untuk menjadi pemimpin yang adaptif dan inovatif. Sehingga mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis di masa depan.
Managing Director Human Capital Holding Operation Danantara Indonesia Agus Dwi Handaya menekankan pentingnya transformasi dalam pengelolaan sumber daya manusia (SDM). Transformasi tersebut melibatkan tiga pihak utama, yaitu pegawai (employee), pemimpin (leader), dan unit human capital (HC). Namun, peran terbesar ada pada pegawai dan pemimpin sebagai penggerak utama perubahan.
Tujuan utama transformasi ini adalah membentuk SDM yang produktif. Artinya, SDM yang memiliki deep knowledge, excellence skill, right culture, dan high motivation. Keempat elemen itu harus hadir dan berjalan beriringan.
“Deep knowledge berarti organisasi harus mampu mengedukasi dan memfasilitasi pegawai agar memiliki pengetahuan sedalam mungkin. Sekarang ini sudah zamannya kompetisi,” ujar Agus Dwi Handaya dalam Expert Talk Session “Human Capital as a Catalyst for Sustainable Business Growth” di Ballroom Menara 1 BTN, Jakarta, Jumat (7/11).
Dia menjelaskan, elemen kedua yaitu excellence skill menekankan pentingnya pelatihan agar karyawan tidak hanya tahu. Tapi juga mampu bekerja dengan standar tinggi. Sementara right culture mencerminkan perilaku yang kuat dan positif. Didukung high motivation menjadi penggerak utama yang memperkuat ketiganya.
“Kalau seluruh insan dan talenta BTN memiliki pengetahuan yang dalam, keterampilan yang unggul, budaya yang kuat, dan motivasi yang tinggi, maka mereka akan menjadi jago kerja, pintar kerja, berakhlak mulia, dan bahagia luar biasa. Dan kalau ditambah lagi, insyaallah masuk surga,” ungkapnya.
Agus Dwi Handaya menegaskan, peran seorang pemimpin tidak hanya untuk mengejar kinerja bisnis yang unggul. Lebih dari itu, pemimpin harus menjadi strategic business leader yang mampu menyeimbangkan tiga fungsi utama yang dia sebut Nagih, Nata, dan Nuntun (3N). Keseimbangan inilah yang akan menghasilkan kinerja unggul dan berkelanjutan.
Menurut dia, Nagih berarti mengevaluasi hasil kerja dengan standar tinggi, melakukan kontrol ketat, dan mendorong tim agar memberikan usaha terbaik. “Hal itu memang perlu dilakukan karena akan membentuk budaya positif di dalam tim. Namun, bisnis yang berkelanjutan tidak cukup hanya dengan nagih,” jelasnya.
Agar bisnis dapat berjalan berkelanjutan, pemimpin juga harus Nata dan Nuntun. Nata berarti menata strategi, proses, kebijakan, dan arah organisasi. Yang memerlukan waktu serta perenungan mendalam agar keputusan benar-benar berdampak. Sedangkan Nuntun adalah membimbing tim dengan kesabaran dan ketulusan.
“Kalau mau jadi pemimpin yang bisa nuntun, berarti harus selesai dulu dengan dirinya sendiri. Fokusnya bukan lagi pada diri sendiri, tetapi bagaimana timnya bisa sukses. Bahkan, kalau bisa, lebih sukses dari dirinya,” terang Agus Dwi Handaya.
Dia juga membagikan sejumlah tips menjadi pemimpin yang mampu nuntun. Pertama, konsep ‘Be Giant Tree Project’, yaitu menjadi pohon besar yang melindungi. Dengan cara menugaskan proyek-proyek menantang agar anggota tim tumbuh dan semakin tangguh.
Selain itu, pemimpin perlu memberi ruang bagi tim untuk berlatih mengambil keputusan melalui konsep ‘Bigger Shoe’. Yakni, memberikan keleluasaan dengan tetap memperhatikan kondisi dan risiko tertentu.
“Pemimpin juga harus mentransfer ilmu yang tidak bisa dituliskan atau tacit knowledge, seperti perasaan, intuisi, kebijaksanaan, dan pengalaman. Semua itu dibagikan lewat cerita dan dijalani bersama,” kata Agus Dwi Handaya.
Dia menambahkan, pemimpin harus mampu walk the talk for values dengan memberi contoh secara konsisten. Nilai-nilai yang diceritakan dan dicontohkan berulang kali akan tertanam kuat dalam pikiran maupun kinerja tim.
Selain itu, organisasi perlu membangun budaya umpan balik tepat waktu (just in time feedback). Agar setiap individu segera memahami hal yang perlu diperbaiki atau dikembangkan. Keterbukaan dalam berdiskusi dan pengembangan dialog dua arah antara pemimpin dan anggota tim juga menjadi kunci penting.
Melalui cara ini, organisasi dapat memfasilitasi sesi coaching dan percakapan umpan balik yang terstruktur. Sehingga proses pembelajaran dan pengembangan kinerja berjalan lebih efektif dan berkelanjutan.
“Proses pengulangan dan latihan yang terus dilakukan menjadi kunci sukses. Semua harus dibangun secara bertahap,” tegas Agus Dwi Handaya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Human Capital & Compliance BTN Eko Waluyo mengatakan, peran human capital bukan lagi sekadar pendukung operasional. Melainkan telah menjadi katalis pendorong utama inovasi, ketahanan organisasi, dan keunggulan kompetitif. Menurut laporan dari McKinsey & Company, sekitar 90 persen pemimpin global kini menyadari bahwa kapabilitas sumber daya manusia yang tangguh merupakan faktor utama dalam mempertahankan daya saing bisnis di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Sejalan dengan fokus Danantara dalam pembangunan talenta melalui talent management dan pengembangan kapabilitas kepemimpinan yang berkelanjutan, BTN telah merumuskan Human Capital Framework sebagai panduan strategis untuk lima tahun ke depan.
“Framework ini bertujuan menjalankan misi strategis menjadikan BTN sebagai Home of Indonesia’s Best Talents dengan prinsip Dynamic Workplace Filled with Productive, Prominent, and Prosperous Talents with Global-Oriented Mindset,” jelasnya.
BTN menetapkan lima dimensi utama dalam pengembangan human capital: Talent Magnet, Employee Productivity, Talent, Leadership & Capabilities Development, Employee Wellbeing & Experience, serta HC Operational Excellence & Technology. Sinergi human capital dengan business menjadi upaya nyata untuk memastikan pengelolaan yang aktif dalam mendorong kinerja dan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Sekaligus memastikan setiap strategi bisnis memiliki people engine yang tepat dari sisi jumlah, kompetensi, maupun produktivitasnya.
“Kami menyadari bahwa dalam menghadapi disrupsi dan berbagai tantangan global yang semakin kompleks, peran seorang leader tidak lagi hanya terbatas pada pengambilan keputusan yang berkaitan dengan strategi bisnis semata. Dengan fokus yang dijalankan oleh Danantara saat ini untuk membangun talenta unggul berskala global 3 peran leader ini harus dimiliki seorang leader sehingga dapat inovatif, kreatif, adaptif serta lebih kuat dalam menghadapi berbagai tantangan yang akan datang,” pungkasnya.
Dalam Expert Talk Session “Human Capital as a Catalyst for Sustainable Business Growth” ini, turut hadir Direktur Operations BTN I Nyoman Sugiri Yasa, Direktur Information Technology BTN Tan Jacky Chen, dan Direktur Corporate Banking BTN Helmy Afrisa Nugroho.
Cek Artikel dan Berita Lainnya di Google News
































