Menengok perjalanan ekonomi Provinsi Jambi, ada satu institusi daerah yang sejak awal berdirinya memang dirancang menjadi motor pembangunan: Bank Jambi. Bank ini lahir akhir 1950-an melalui Perda Nomor 1 Tahun 1957 dengan nama PT Bank Pembangunan Daerah Djambi, sebagai alat keuangan daerah untuk menggerakkan sumber daya ekonomi lokal yang saat itu masih sangat terbatas. Dari sinilah sejarah Bank Jambi dimulai: dari sebuah bank daerah yang sederhana, yang kemudian tumbuh bersama denyut ekonomi Jambi.
Kini, ketika struktur ekonomi Jambi bergerak dari ekstraktif menuju nilai tambah, dari komoditas mentah menuju proses hilirisasi, Bank Jambi ikut menempatkan diri dalam perubahan itu. Bank ini tidak berdiri sebagai penonton, tetapi sebagai lembaga intermediasi yang memberi akses pembiayaan bagi pelaku usaha lokal: dari petani, pedagang, pelaku UMKM, hingga pelaku jasa modern yang mulai merambah sektor digital.
Pertumbuhan ini dapat dilihat dalam data faktual: pada 2024, Bank Jambi mencatat laba bersih Rp 315,59 miliar, dengan total aset sekitar Rp 13,98 triliun. Di saat yang sama, kredit yang disalurkan mencapai Rp 8,79 triliun—dan yang menarik, rasio NPL berada di angka 2,00 persen, jauh di bawah batas aman 5 persen yang ditetapkan regulator. Bahkan untuk tahun 2025, Bank Jambi menargetkan laba Rp 327 miliar, menunjukkan bahwa ekspansi ekonomi daerah masih akan terus dioptimalkan melalui intermediasi keuangan lokal.
Dari sisi jaringan layanan, Bank Jambi juga memperluas distribusi kehadirannya, termasuk 12 kantor cabang konvensional, 1 cabang syariah, lebih dari 30 kantor cabang pembantu, serta sekitar 131 ATM yang tersebar di wilayah Provinsi Jambi hingga titik layanan di Jakarta. Data ini menunjukkan bahwa Bank Jambi tidak hanya tumbuh di atas kertas, tetapi tumbuh secara fisik dalam memudahkan akses layanan keuangan masyarakat.
Dengan bekal sejarah yang panjang, jaringan yang kuat, kinerja yang relatif sehat, serta fokus pada penguatan digital dan manajemen risiko, Bank Jambi memiliki peluang besar untuk menjadi agent of development yang sesungguhnya. Sebab keberhasilan bank daerah bukan hanya tercermin dari besarnya laba yang dilaporkan tiap tahun, tetapi dari seberapa nyata masyarakat merasakan manfaat keberadaannya.
Ketika akses modal lebih mudah, usaha kecil naik kelas, dan rantai nilai komoditas lokal naik ke tahap pengolahan dan nilai tambah, di situlah Bank Jambi benar-benar menjalankan mandat sejarahnya: tumbuh tidak hanya untuk daerah, tetapi tumbuh bersama kemajuan daerah.
Cek Artikel dan Berita Lainnya di Google News

































