PT SARIMELATI Kencana Tbk (PZZA), pemilik merek Pizza Hut di Indonesia, berkomitmen untuk terus meluncurkan produk baru, menambah gerai, dan menjalin kerja sama dengan mitra hingga akhir tahun ini.
Elvin Rahardja, Head of Marketing Pizza Hut Indonesia, mengungkapkan bahwa perusahaan telah berhasil membuka 30 gerai Pizza Hut Ristorante, termasuk gerai terbaru di Pondok Indah yang dibuka satu hingga dua bulan lalu.
“Kami baru saja membuka gerai Ristorante terbaru di Pondok Indah. Kami juga meluncurkan varian produk terbaru, yakni Tender Beef Triumph Pizza. Kami akan selalu berkomitmen untuk menambah gerai dan produk baru di tiap kuartal,” ujar Elvin di Bogor, Rabu (23/10).
Meskipun telah membuka 30 gerai, PZZA enggan memberikan rincian mengenai serapan capex hingga saat ini. Dalam laporan keuangan hingga Juni 2024, perusahaan mencatat arus kas bersih untuk aktivitas investasi mencapai Rp 43,51 miliar.
Elvin menambahkan bahwa fokus perusahaan tidak hanya pada ekspansi gerai, tetapi juga pada kerja sama dengan berbagai sektor. PZZA menjalin kemitraan dengan komunitas petani untuk memasok sayuran segar ke gerai-gerai. Selain itu, mereka bekerja sama dengan sekolah teknik menengah (STM) untuk mengembangkan inovasi HotBox, yang memastikan makanan sampai kepada pembeli dalam keadaan hangat.
“Kami juga memiliki berbagai program yang fokus pada sustainability, mulai dari kerja sama dengan para petani dalam program 8P hingga pembangunan fasilitas yang bekerja sama dengan ritel lain. Itu akan dibuka tahun depan,” lanjutnya.
Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), PZZA mendukung 100 petani di sembilan wilayah, termasuk Bogor, Bandung, dan Bali. Mereka menyediakan modal, bibit benih, dan pendampingan teknis untuk membantu petani lokal.
“Program dengan para petani ini dan juga target penambahan gerai akan terus kami lanjutkan di tahun depan,” tegas Elvin.
Meskipun PZZA mencatat kerugian bersih Rp 75 miliar pada semester I 2024—naik dari Rp 45 miliar pada periode yang sama tahun lalu—pendapatan dan laba bersih menunjukkan perbaikan secara kuartalan. Penjualan bersih tercatat Rp 1,4 triliun, meskipun turun 24% dibanding tahun lalu.
Kerugian Sarimelati menyusut dari Rp 59 miliar di kuartal I menjadi Rp 16 miliar di kuartal II. Pendapatan juga meningkat dari Rp 638 miliar menjadi Rp 735 miliar meskipun tetap mengalami penurunan 24% secara tahunan. Beban pokok penjualan berhasil ditekan 29%, dari Rp 614 miliar menjadi Rp 436 miliar, dan beban usaha turun dari Rp 1,2 triliun menjadi Rp 1 triliun, meskipun perusahaan masih mencatat rugi operasional sebesar Rp 67 miliar.
Dengan strategi ini, PZZA menunjukkan tekadnya untuk tetap tumbuh dan beradaptasi dalam pasar yang kompetitif, sambil tetap berkontribusi pada keberlanjutan dan kesejahteraan petani lokal.
Cek Artikel dan Berita Lainnya di Google News