InfoEkonomi.ID – Ekonom memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) akan mencatatkan deflasi sebesar 0,11% secara bulanan (month to month/MtM) pada September 2024. Deflasi ini diproyeksikan lebih dalam dibandingkan deflasi 0,03% MtM pada Agustus 2024, namun tidak sedalam deflasi 0,18% MtM yang terjadi pada Juli 2024.
Menurut Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual, penurunan harga bahan pokok menjadi salah satu faktor utama di balik deflasi yang lebih dalam ini. “Terutama beras yang mengalami penurunan karena efek high base, dari 12,6% year on year (YoY) pada September 2023 menjadi 7,8% YoY pada September 2024,” ujarnya dikutip dari bisnis.com.
David menambahkan, beberapa komoditas pangan lainnya juga mencatatkan deflasi, seperti cabai merah (-19% MtM), daging ayam, daging sapi, dan telur ayam. Meskipun demikian, ada beberapa bahan pokok lain yang mengalami kenaikan harga meski hanya tipis.
Di sisi lain, inflasi inti tercatat mengalami akselerasi baik secara bulanan maupun tahunan, masing-masing sebesar 0,14% MtM dan 2,03% YoY. Salah satu penyebabnya adalah kenaikan harga emas.
Bank Indonesia (BI) sebelumnya telah mengambil langkah untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6% pada pertengahan September 2024. Langkah ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, David memprediksi dampak dari penurunan suku bunga ini terhadap konsumsi masyarakat baru akan terasa paling cepat dalam dua kuartal ke depan, atau sekitar akhir kuartal I tahun 2025.
Lebih lanjut, David memperkirakan inflasi hingga akhir tahun ini akan berada di batas bawah target pemerintah yang sebesar 2,5±1%. Ia bahkan optimistis inflasi bisa berada di bawah 2% pada akhir tahun, mengingat tren penurunan suku bunga dan stabilnya nilai tukar rupiah.
Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri dijadwalkan akan mengumumkan perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) September 2024 pada Selasa, 1 Oktober 2024 pukul 11.00 WIB.