InfoEkonomi.ID – Perusahaan logistik raksasa J&T Express berhasil mencatatkan EBITDA yang disesuaikan positif sebesar US$146 juta (atau setara dengan Rp2,32 triliun) pada tahun 2023. Ini merupakan pembalikan dari tahun sebelumnya yang masih mengalami kerugian sebesar US$894,09 juta (atau setara dengan Rp14,14 triliun).
Pencapaian ini terutama didorong oleh bisnis perusahaan di kawasan Asia Tenggara yang mencatatkan EBITDA yang disesuaikan sebesar US$375,68 juta. Angka ini juga mengalami kenaikan sebesar 13,3 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar US$331,58 juta.
Selain itu, bisnis perusahaan di Tiongkok juga mencatatkan keuntungan dengan EBITDA yang disesuaikan sebesar US$30,73 juta. Hal ini merupakan pencapaian penting bagi J&T Express setelah tiga tahun memasuki pasar di negara tersebut.
Pencapaian EBITDA yang disesuaikan ini juga didukung oleh pendapatan perusahaan yang berhasil meningkat sebesar 21,8 persen (yoy) menjadi US$8,85 miliar (atau setara dengan Rp139,92 triliun). Layanan pengiriman ekspres masih menjadi penyumbang pendapatan utama sebesar US$8,09 miliar (atau setara dengan Rp127 triliun).
Menurut perusahaan, social commerce telah menjadi mesin pertumbuhan baru yang menguntungkan bagi semua layanan pengirimannya. Dalam laporannya, perusahaan menyatakan, “Social commerce telah berhasil memimpin transformasi perilaku konsumen.”
Tidak hanya itu, perusahaan juga mencatat bahwa mereka telah mulai menerapkan strategi bisnis yang sama yang telah terbukti sukses di Tiongkok ke kawasan Asia Tenggara. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional di wilayah tersebut.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, beban per parsel di Asia Tenggara tercatat sebesar US$0,67 (atau setara dengan Rp10.593) pada tahun 2023. Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai US$0,76 (atau setara dengan Rp12.016) per parsel.
J&T Express, perusahaan logistik asal Indonesia yang didirikan pada tahun 2015, kini telah beroperasi di 13 negara di Asia Tenggara, Tiongkok, dan Timur Tengah.
Perusahaan resmi go public di bursa Hong Kong dengan menerbitkan saham per lembar seharga HK$12 (atau setara dengan Rp24.420) pada bulan Oktober 2023. Melalui langkah ini, perusahaan berhasil menggalang dana lebih dari US$451 juta (atau setara dengan Rp7,1 triliun).