Rabu, Januari 15, 2025
spot_img

Top! Neraca Dagang Indonesia Surplus 46 Bulan Berturut-turut

InfoEkonomi.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) kembali mencatatkan surplus selama 46 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 hingga Februari 2024. Tercatat, neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar US$0,87 miliar. Angka ini mengalami penurunan sebesar US$1,13 miliar dibanding bulan sebelumnya.

“Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 46 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” kata Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Jumat (15/3).

- Advertisement -

Surplus neraca perdagangan Februari 2024 lebih didukung oleh surplus pada komoditas non-migas, yakni sebesar US$2,63 miliar. Komoditas utama yang menyumbang surplus adalah bahan bakar mineral (HS27), lemak dan minyak hewan nabati (HS15), serta besi dan baja (HS72).

Secara kumulatif, Januari hingga Februari 2024 surplus neraca perdagangan barang Indonesia mencapai US$2,87 miliar. Angkan ini turun US$6,42 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

- Advertisement -

Melansir informasi dari CNN Indonesia, berikut perkembangan ekspor dan impor Indonesia sepanjang Februari 2024:

Nilai ekspor Indonesia pada Februari ini tercatat US$19,31 miliar atau turun 5,79 persen dibandingkan Januari 2024. Rinciannya, ekspor migas tercatat senilai US$1,22 miliar atau turun 12,93 persen dan nilai ekspor non migas turun 5,27 persen dengan nilai ekspor US$18,09 miliar.

Menurut Amalia, penurunan ekspor pada Februari didorong oleh penurunan ekspor non migas terutama pada besi dan baja (HS72) dengan andil penurunan sebesar 3,26 persen.

Lalu, lemak dan minyak hewani nabati (HS15) dengan andil penurunan sebesar 2,6 persen serta logam mulia dan perhiasan permata (HS71) dengan andil penurunan sebesar 0,6 persen.

- Advertisement -

Sementara, penurunan ekspor migas didorong oleh penurunan nilai ekspor gas dengan andil penurunan sebesar 1,58 persen.

“Secara tahunan nilai ekspor Februari 2024 Mengalami penurunan sebesar 9,45 persen kontraksi ini didorong oleh penurunan ekspor non migas terutama pada lemak dan minyak hewan nabati (HS15) bahan bakar mineral (HS27) dan besi baja (HS72),” tutur Amalia.

Secara akumulatif, total ekspor pada periode Januari-Februari 2024 mencapai US$39,80 miliar. Angka ini turun 8,81 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Amalia menyebut penurunan ini didorong oleh penurunan ekspor migas dan non migas. Tercatat, ekspor non migas mencapai US$37,19 miliar atau turun 9,24 persen.

Sedangkan, ekspor migas mencapai US$2,61 miliar atau turun sebesar 2,24 persen.

Nilai impor Indonesia pada Februari 2024 tercatat sebesar US$18,44 miliar atau turun 0,29 persen dibanding Januari 2024. Rinciannya, impor migas senilai US$2,98 miliar atau naik 10,42 persen.

Sementara itu, impor non migas senilai US$15,46 miliar atau turun sebesar 2,12 persen.

“Penurunan nilai impor secara bulanan disebabkan oleh penurunan nilai impor non migas dengan andil penurunan sebesar 1,81 persen,” kata Amalia.

Adapun secara tahunan nilai impor Februari 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan Februari 2023, yakni naik sebesar 15,84 persen.

Lebih rinci, nilai impor migas naik 23,82 persen (yoy). Sedangkan, impor non migas naik 14,42 persen (yoy). Amalia menyebut peningkatan impor non migas didorong oleh beberapa peningkatan komoditas.

Komoditas itu antara lain mesin peralatan mekanis dan bagiannya (HS84) dengan andil peningkatan 3,43 persen, plastik dan barang dari plastik (HS39) ini memberikan andil peningkatan 2,17 persen, serta mesin perlengkapan elektrik dan bagiannya atau kelompok (HS85) memberikan andil sebesar 2 persen.

Kirimkan Press Release berbagai aktivitas kegiatan Brand Anda ke email [email protected]

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Ikuti Kami

4,488FansSuka
6,727PengikutMengikuti
2,176PelangganBerlangganan

Terbaru

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img