InfoEkonomi.IDÂ – Kawasan pesisir pantai merupakan salah satu ciri khas dari negara kepulauan, seperti Indonesia. Ada begitu banyak pulau berpantai dengan pasir putih halus, berair biru jernih atau hijau toska dengan deretan nyiur khas negara tropis.
Salah satunya adalah Kepulauan Seribu, gugusan pulau karang nan indah dan berjarak 65,6 kilometer sebelah utara Teluk Jakarta di Provinsi DKI Jakarta. Kawasan tersebut secara administratif menjadi bagian dari Kabupaten Kepulauan Seribu sejak 3 Juli 2001.
Meski ada embel-embel seribu, pada kenyataannya, hanya ada 110 pulau di kawasan Kepulauan Seribu. Seluruh pulau memiliki potensi keindahan alam dan keanekaragaman kehidupan bawah laut.
Hanya saja, dari ratusan pulau tersebut, masyarakat baru dapat mengunjungi beberapa pulau saja dan merupakan detinasi wisata seperti Pulau Tidung, Pari, Ayer, Lancang, Putri, Harapan, Macan, dan Pramuka.
Untuk menuju ke Kepulauan Seribu, para wisatawan hanya dapat menggunakan kapal cepat dari Dermaga 16 Marina Ancol atau kapal motor dari Pelabuhan Muara Angke, keduanya berlokasi di Jakarta Utara.
Harga tiket penyeberangan bervariasi, antara Rp130 ribu sampai Rp230 ribu untuk sekali jalan yang ditempuh sekitar 45 menit hingga 1,5 jam.
Tarif tiket kapal menuju ke Pulau Harapan dan Pulau Macan sedikit berbeda, bahkan menjadi yang termahal lantaran setiap orang mesti menebus dengan Rp460 ribu untuk satu tiket sekali jalan dari dan atau menuju Dermaga Marina Ancol.
Seperti kebanyakan destinasi wisata lainnya, gugus pulau di Kepulauan Seribu sebagian besar dilengkapi oleh penginapan, baik yang bertipe resor maupun homestay yang dikelola masyarakat setempat. Pengunjung dapat menikmati bermacam aktivitas luar ruang (outdoor) seperti memancing di laut, snorkeling, menyelam, atau sekadar berkeliling pulau sambil menikmati pemandangan laut luas.
Saat ini, masyarakat di pulau-pulau tersebut kerap mengajak pengunjung untuk ikut melakukan aksi menanam bibit mangrove atau menyelam dan snorkeling sambil melakukan transplantasi terumbu karang. Kepulauan Seribu menjadi alternatif wisata masyarakat ibu kota untuk menjauh sejenak dari polusi suara dan udara.
Dilansir dari Indonesia.go.id, Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono telah menjadikan Kepulauan Seribu sebagai lokasi percontohan destinasi pariwisata berbasis kepulauan, tak hanya untuk wilayah ibu kota, melainkan secara nasional. Pengelolaannya pun menerapkan konsep wisata berkelanjutan, yaitu mampu memberikan dampak luas dalam jangka panjang.
Tidak hanya menjaga keberlangsungan lingkungan, tapi juga sosial, budaya, serta ekonomi masyarakat untuk masa kini dan masa depan. Mulai dari mengembangkan ekowisata diikuti oleh perbaikan sarana dan prasarana destinasi wisata unggulan.
Kemudian, menyediakan kelengkapan moda transportasi terintegrasi hingga mengembangkan hilirisasi produk olahan sumber daya alam setempat.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Andhika Permata, seperti dikutip dari Antara, melalui kegiatan ekowisata, setiap pengunjung yang berminat dapat ikut ambil bagian dalam upaya pelestarian alam khususnya ekosistem laut.
Mereka dapat melakukan restocking ikan serta pelepasan tukik atau anak penyu. Selain itu juga tersedia wisata minat khusus untuk melihat budi daya ikan badut, rumput laut, serta pemanfaatannya.
Data dari Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kepulauan Seribu menyebutkan, pendapatan retribusi wisata Pulau Seribu sepanjang Januari 2023 hingga Agustus 2023 telah mencapai Rp11,7 miliar.
Jumlah ini meningkat 15 persen dibandingkan dengan periode sama di tahun 2022. Peningkatan pendapatan retribusi wisata ini didorong oleh peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Seribu.
Tarif retribusi wisata Pulau Seribu adalah Rp15 ribu per orang untuk wisatawan domestik dan Rp25 ribu per orang untuk wisatawan mancanegara.
Pulau Tidung, Pulau Pari, dan Pulau Macan adalah tiga pulau yang paling banyak menyumbang pendapatan retribusi wisata di Kepulauan Seribu.
Ketiga pulau tersebut merupakan destinasi wisata yang populer dan ramai dikunjungi wisatawan. Pihak Pemprov DKI menargetkan pendapatan retribusi wisata Pulau Seribu dapat mencapai Rp20 miliar pada akhir 2023. Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan, diharapkan target tersebut dapat tercapai.
Nantinya, pendapatan retribusi wisata Pulau Seribu digunakan kembali untuk membiayai berbagai kegiatan, seperti peningkatan sarana dan prasarana wisata, pengembangan destinasi wisata, promosi wisata. Kemudian peningkatan keamanan dan kenyamanan wisatawan.
Terlepas dari itu semua, hakikat dari setiap tindakan yang dilakukan di Kepulauan Seribu ini adalah upaya pelestarian lingkungan, agar semua yang hidup di dalamnya akan mendapatkan manfaat. Jagalah alam, maka alam akan menjaga kita.