InfoEkonomi.IDÂ – Belum lama ini, CEO InfoEkonomi.ID Arief Munajad beraudiensi dengan Ketua Asosiasi Pelumas Indonesia (Aspelindo) Sigit Pranowo di kantornya. Dalam silaturahmi tersebut ada pertanyaan terkait pelumas palsu yang beberapa bulan lalu sempat marak diberitakan di berbagai media.
BERITA UNGGULAN
Aspelindo Terus Berupaya Berantas Pelumas Palsu

- Advertisement -
Bagaimana Aspelindo menilai dan menindaklanjuti kasus pelumas palsu tersebut? Berikut kutipan Redaksi dari bincang-bincang tersebut.
Sekitar 2-3 bulan lalu sempat viral berita tentang pemberantasan oli palsu. Sebagai Ketua Aspelindo, sebenarnya apa penyebab dari maraknya kasus ini? Seberapa besar industri sektor pelumas ini?
Ibarat peribahasa ada gula ada semut, oli atau pelumas merupakan kebutuhan yang cukup atraktif di Indonesia yang menempati peringkat ketiga setelah Cina dan India dengan total kebutuhan pelumas Indonesia secara industri mencapai sekitar 1,1 juta kilo liter pertahun. Nah, kami pernah mengkalkulasi secara value kurang lebih Rp30 triliun hingga Rp35 triliun pertahun, di mana demand pelumas di Indonesia terbagi dua, yaitu untuk kebutuhan industri sekitar 55 persen dan untuk kebutuhan otomotif sekitar 45 persen.
Nah, tentu saja ini menarik bagi para pelaku ya pelaku yang kemudian menciptakan produk-produk yang ilegal dan memanfaatkan situasi geografs Indonesia yang luas dengan banyak pulau dan wilayah, di situlah terjadi kegiatan penjualan dengan meniru atau menggunakan merek atau produk asli secara tidak legal kepada konsumen.
Berarti yang dipalsu merek terkenal?
Iya begitu
Saat ini seperti apa kondisinya? Apakah sudah ada yang ditangkap? Lantas bagaimana membuat mereka jera?
Memang sebenarnya praktik pemalsuan ini sudah berlangsung cukup lama, sudah puluhan tahun mungkin, semenjak oli ada. Semakin hari semakin canggih, apalagi mereka juga punya akses teknologi, sehingga pencetakan label, botol dan lain sebagainya menjadi sangat mirip. Kami dari Aspelindo memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada pemerintah dan aparat penegak hukum yang telah melakukan beberapa penindakan, baik di sekitar Jakarta, Jawa Timu dan yang paling baru di Sumatera Utara. Nah, tentunya kami sangat gembira dan juga beberapa anggota yang produknya dipalsukan juga dimintai keterangan sebagai saksi ahli.
Kami berharap, dengan tindakan-tindakan yang diambil aparat bisa memberikan efek jera meskipun PR-nya masih cukup banyak. Tentunya kami dari Aspelindo berusaha proaktif dengan aparat penegak hukum, kementerian dan juga bantuan teman-teman media.
Dari sisi masyarakat sebagai konsumen, bagaimana?
Setidaknya ada dua hal yang harus kami lakukan, terus mendorong supaya pemerintah melalui aparat penegak hukum tetap aktif melakukan tindakan-tindakan baik pencegahan maupun penindakan pelanggaran dan yang kedua kami melakukan edukasi kepada masyarakat dan konsumen. Konsumen harus kita buat sadar dan paham, bahwa menggunakan pelumas palsu itu merugikan bahkan membahayakan baik untuk kendaraan maupun penggunanya. Tak hanya masyarakat sebagai konsumen, kami juga berupaya berkolaborasi dengan berbagai pihak lain, seperti para pengusaha pemilik bengkel servis kendaraan melalui organisasi perhimpunan bengkel.
Langkah-langkah apa yang sudah dilakukan dan langkah selanjutnya yang akan ditempuh dalam proses pemberantasan seperti apa?
Pada 24 Agustus kemarin kami menggelar media gathering dan juga mengundang pihak kepolisian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, perhimpunan bengkel-bengkel, komunitas masyarakat pelumas Indonesia, dan komunitas masyarakat Indonesia anti pemalsuan. Tentunya yang kami undang itu kami anggap merepresentasikan seluruh elemen untuk mengurangi atau memerangi peredaran pelumas palsu sebagai langkah awal terciptanya komitmen bersama untuk memerangi dan memberantas pelumas palsu, baik dari pemerintah, produsen, lembaga-lembaga terkait seperti penyalur, bengkel dan toko hingga konsumen. Semuanya harus ikut aktif. Tahap kedua, kami sedang berupaya untuk mengedukasi secara masif ke mitra-mitra dan masyarakat sebagai konsumen.
Sebenarnya seberapa besar value angka yang tergerus dari industri oli ini karena ulah-ulah pelaku pemalsuan?
Memang terus terang cukup sulit memperkirakan angka itu. Tapi gambarannya begini, anggaplah angka 1,1 juta liter per tahun itu equal dengan minimum Rp30 triliun. Separuhnya adalah oli untuk pelumas otomotif yang banyak dipalsukan. Nah artinya itu sekitar Rp15 triliun setahun. Jadi kalau misalnya ada potensi kerugian akibat pemalsuan katakanlah plus minus 10 persen, itu berartu sudah Rp1,5 triliu per tahun atau sekitar Rp20 miliar per bulan. Itu kue yang cukup besar bagi para pemain di industri pelumas di Indonesia.
Palsunya itu di dalam hal apa?
Jadi berdasarkan hasil penindakan, setelah kami periksa antara oli palsu dengan yang asli, ternyata oli palsu itu tidak ada zat aditifnya setelah kita uji laboratorium.
Berarti masyarakat dan konsumen sebagai orang awam tidak bakal tahu bila belum diuji laboratorium?
Nah, di situlah kesulitannya. Jadi bagi masyarakat awam tidak bisa mengetahui dengan pasti karena dari sisi packaging mirip, dari sisi warna mirip, dari sisi baunya mirip, kekentalannya mirip. Tetapi tidak ada kandungan zat aditif. Sementara zat aditif itu merupakan komponen yang mahal sebagai bahan baku pelumas yang porsi HPP-nya mencapai 40-60 persen. Tanpa aditif, si pemalsu bisa menjual produk olinya dengan harga yang lebih murah hingga 30-40 persen. Masyarakat yang menjadi konsumen oli palsu ini harus mendapatkan edukasi jangan sampai mesin kendaraan yang dimiliki tiba-tiba rusak tanpa sebab lantaran menggunakan pelumas palsu.
Artinya bagaimana masyarakat sebagai konsumen harus disadarkan tentang kerugian yang bakal ditanggungnya?
Iya, itu yang harus disadarkan kepada konsumen. Anggaplah punya mobil seharga Rp200 juta, kemudian lantaran ganti oli cuma Rp200 ribu, tapi berpotensi besar merusak mesin mobil ke mana-mana.
Antisipasi apa yang ditempuh Aspelindo?
Tahun ini ini asosiasi memprioritaskan untuk bisa sesegera mungkin menerapkan SNI, agar pelumas yang diproduksi dan dipasarkan di Indonesia betul-betul secara kualitas sesuai standar yang ditetapkan pemerintah. Kami di Aspelindo yang terdiri dari 21 anggota tentunya betul-betul akan memproduksi dan menjual produk pelumas yang sesuai dengan standar mesin yang ada. Untuk tahun depan kami memproyeksi pertumbuhan di industri ini kemungkinan naik melebihi 2 persen. Hal itu sudah cukup bagus mengingat secara global pertumbuhan industri pelumas hanya 1 persen saja. Artinya pertumbuhan di Indonesia lebih bagus dibandingkan pertumbuhan global.
Harapan ke depan terkait industri pelumas di Indonesia?
Sebagai asosiasi yang menaungi industri pelumas, dapat dikatakan pelumas sebagai produk yang sangat erat terhadap aktivitas masyarakat sehari-hari. Sebagai produk yang dibutuhkan untuk melindungi keawetan mesin otomotif yang terkait langsung dengan perawatan mesin yang berpengaruh langsung kepada usia mesin dan keandalan mesin.
Harapan kami, pertama kepada pemerintah tentunya agar produk pelumas secara standar kualitas betul-betul dapat diawasi, di mana produk pelumas yang beredar di Indonesia telah betul-betul sesuai dengan kualitas mesin otomotif sebagai salah satu investasi dari masyarakat sebagai konsumen.
Untuk masyarakat, tentunya bila kita memiliki kendaraan bermotor sudah disediakan pula manual book atau buku panduannya. Nah, kepada seluruh konsumen seluruh masyarakat sebetulnya sangat sederhana saja, pokoknya ikuti saja apa maunya mesin kendaraan yang kita miliki. Untuk perawatan mesin yang membutuhkan pelumas, ikuti saja buku panduan kendaraannya, olinya berapa, kekentalannya berapa, HSE-nya berapa, itu biasanya sudah ada di buku panduan tersebut. Selanjutnya berlanggananlah dengan bengkel kepercayaan. Kalau ragu-ragu dengan bengkel umum, silakan pilih bengkel resmi sesuai merek kendaraan yang dimiliki dan tidak ada salahnya selaku konsumen untuk bertanya dan meminta merek oli yang diinginkan dan tentunya yang asli. Nah, bila bengkel kepercayaan Anda menawari oli KW atau oli yang harganya mungkin lebih murah dari biasanya, sangat bijaksana Anda tidak menyetujui penawaran tersebut. Yang KW enggak usahlah dibeli lagi. Sayangi kendaraan Anda.
Kirimkan Press Release berbagai aktivitas kegiatan Brand Anda ke email sekred@infoekonomi.id