InfoEkonomi.ID – Para biksu dan umat Buddha dari berbagai negara peserta konferensi internasional di Borobudur menyelenggarakan “santutthicitta” Borobudur, Minggu (20/11). Hal itu merupakan wujud syukur umat Buddha atas pencanangan Candi Borobudur sebagai tempat peribadatan.
Kegiatan yang berlangsung di kompleks candi Buddha terbesar di dunia itu diawali dengan doa bersama para biksu di puncak Candi Borobudur. Bersamaan dengan itu umat Buddha melakukan pradaksina dengan berjalan mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali. Setelah itu dilanjutkan doa bersama para biksu dan umat Buddha di pelataran Candi Borobudur.
Ketua Konferensi Internasional di Borobudur Biksu Ditthisampanno menyampaikan, kegiatan kemarin bertajuk santutthicitta atau peziarahan. Hanya saja, kegiatan kemarin mengambil momentum khusus, yaitu sesuai arahan Presiden Jokowi tentang Borobudur sebagai destinasi pariwisata super prioritas.
Selain itu, katanya, Menteri Agama juga mengarahkan Borobudur sebagai salah satu pusat wisata religi untuk umat Buddha dunia.
“Maka kami mendukung ini dengan mengundang para biksu dari seluruh dunia untuk mengadakan doa bersama dan melakukan pesakralan di puncak Borobudur. Harapannya dari sisi keyakinan umat Buddha akan bertambah,” ujar dia.
Ia menyampaikan para biksu dari Thailand, Myanmar, Srilanka, Laos, Kamboja, India, dan Vietnam membacakan doa-doa suci, mantra, sutra, dan juga parita-parita serta dirangkai dengan kegiatan meditasi di puncak Borobudur.
“Ini sebagai rasa syukur kami sebagai umat Buddha bahwa pemerintah Indonesia mendukung bahkan memberikan dorongan bagi kami untuk membantu pemerintah dengan kami mendatangkan para wisatawan khususnya wisatawan dari agama Buddha,” lanjutnya.
Ditthisampanno menambahkan, selama ini upacara keagamaan yang diselenggarakan di Borobudur hanya Waisak dan Asada. Dengan ditetapkannya Borobudur sebagai pusat ibadah agama Buddha Indonesia dan dunia, nanti upacara yang dilaksanakan di Borobudur selain Waisak juga ada katina, magapuja dan lainnya. Sebelumnya, aktivitas keagamaan di Candi Borobudur diharapkan menambah daya tarik umat Buddha dunia berkunjung ke Indonesia, khususnya Borobudur.
“Jadi intinya pemerintah memberi ruang dan akan kami manfaatkan sebaik-baiknya sebagai atraksi wisata. Dengan adanya banyak kegiatan itu banyak wisatawan yang datang ke sini. Saya kira akan menambah devisa bagi pariwisata Indonesia,” jelas dia.
Dirjen Bimas Buddha Kementerian Agama, Supriadi mengatakan hal itu setelah pembukaan International Buddhist Conference di Bukit Dagi kompleks Candi Borobudur, Magelang, Jumat (18/11).
Berdasarkan keputusan empat menteri dan dua gubernur, Candi Prambanan dan Borobudur dapat dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan umat Hindu dan Buddha Indonesia dan dunia. Ia menyampaikan selama ini Candi Borobudur sudah ada pemanfaatan untuk hari besar keagamaan, yaitu Waisak dan Asada. Ke depan akan dimanfaatkan juga untuk hari besar lainnya.
“Kami dari Ditjen Bimas Buddha Kementerian Agama menyelenggarakan kegiatan bersama dengan Asosiasi Perguruan Tinggi Buddha Indonesia dalam rangka memaknai atas penataan SKB empat menteri dan dua gubernur terkait dengan pemanfaatan Candi Borobudur untuk kepentingan ibadah Agama Buddha, baik umat Buddha Indonesia maupun dunia,” jelas dia.
Ia menyampaikan di sinilah rasa syukur itu untuk memaknai dengan konferensi internasional yang menghadirkan 10 negara, di antaranya Srilanka, Thailand, Myanmar, Vietnam, India, Nepal, dan Kamboja.
Konferensi internasional tersebut dengan tema “Encountering the sacred: Borobuduras A Sife of Pilgrimage and Tourism for Buddhist World”.
Ia menyampaikan keluaran dari konferensi itu adalah memberikan sebuah pemahaman terhadap keberadaan Candi Borobudur untuk darmayatra dan sebagai wisata. Artinya tidak hanya dalam wisata sebagai super prioritas, tetapi dimaknai juga kegiatan keagamaan.
PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (TWC) selaku pengelola destinasi wisata Candi Borobudur, mendukung keterbukaan pelaksanaan kegiatan keagamaan di kawasan Candi Borobudur.
Hal ini sejalan dengan kesepakatan Pemerintah bahwa Candi Borobudur dapat dipergunakan untuk kegiatan keagamaan Umat Buddha, dengan penandatanganan Nota Kesepakatan secara luring dan daring oleh Pemerintah Daerah DIY; Pemerintah Provinsi Jawa Tengah; Kementerian Agama; Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi; Kementerian BUMN; Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif beberapa waktu lalu.
“Candi Borobudur ini merupakan simbol toleransi, simbol kerukunan beragama, simbol kedamaian. Nilai-nilai spiritualisme yang ada di Candi Borobudur, memberikan energi positif bagi kita semua. Toleransi beragama menyiratkan sinergi dan kolaborasi berbagai pihak terkait, sebagai upaya bersama mewujudkan Keindahan Dalam Keberagaman (Beauty in Diversity)”, kata Edy Setijono, Direktur Utama PT TWC.