InfoEkonomi.ID – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan berhasil merealisasikan kerjasama yang dibangun Presiden Joko Widodo dan Presiden Xi Jinping. Hal ini dibuktikan dengan dilaksanakannya penandatanganan nota kesepahaman kerjasama perdagangan dan kontrak dagang antara asosiasi dan pelaku usaha Indonesia dan Tiongkok untuk produk minyak kelapa sawit (CPO) dan perikanan. Dalam kesempatan yang sama, terjadi kontrak baru senilai USD2,6 miliar.
Hal ini diungkapkan Mendag Zulkifli Hasan dalam kegiatan Penandatanganan Nota Kesepahaman Kerjasama Perdagangan dan Kontrak Dagang Produk Pertanian dan Perikanan antara pelaku usaha Indonesia dan Tiongkok yang digelar secara hibrida pada hariini, Jumat (11/11) di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta.
“Hubungan diplomatik Indonesia-Tiongkok telah menginjak tahun ke-72 dan acara penandatanganan hari ini merupakan bentuk realisasi tindak lanjut pertemuan bilateral pimpinan kedua negara pada akhir bulan Juli lalu terkait dengan komitmen pembelianTiongkok atas 1 juta ton CPO serta produk pertanian dan perikanan Indonesia,” jelas Mendag Zulkifli Hasan.
Hadir secara virtual pada acara ini Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun, Wakil Menteridan Deputi Perdagangan Internasional Tiongkok Wang Shouwen, serta Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Lu Kang. Sementara hadir secara fisik Direktur Pengembangan Ekspor Produk Primer Merry Maryatidan Direktur Ekspor Produk Pertanian dan KehutananFarid Amir, serta perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kantor Staf Presiden, dan Kementerian Perindustrian.
Nota kesepahaman kerjasama perdagangan ditandatangani oleh China Chamber of Commerce for Import and Export for Foodstuffs, Native Produce & Animal By-Products (CFNA) dengan empat Asosiasi produk kelapa sawit Indonesia dan turunannya, serta empat asosiasi produk perikanan Indonesia. Asosiasi produk kelapa sawit dan turunannya terdiri dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Gabungan Minyak Nabati Indonesia (GIMMI), Asosiasi Minyak Makan Indonesia (AIMMI), Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN). Sementara asosiasi produk perikanan terdiri dari Asosisasi Produsen Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I), Asosiasi Pengelolaan Ranjungan Indonesia (APRI), Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI), serta Asosiasi Demersal Indonesia (ADI).
Di saat yang bersamaan juga dilakukan penandatanganan 16 kontrak dagang pembelian 2,5 juta ton produk CPO dan turunannya asal Indonesia dengan nilai USD 2,6 miliar. Penandatangan ini dilakukan oleh 9 pelaku usaha Indonesia dengan 13 buyers Tiongkok binaan CFNA. Kegiatan penandatanganan ini juga menjadi bagian dari rangkaian Trade Expo Indonesia ke-37.
Mendag Zulkifli Hasan mengapresiasi Pemerintah Tiongkok, Kedutaan Besar Indonesia di Beijing, serta semua pihak atas dedikasi dalam mewujudkan kontrak kerja sama ini.
“Tidak lupa, saya sampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas kerja sama dan dukungan dari asosiasi dan pelaku usaha Tiongkok dan para asosiasi, serta pelaku usaha produk kelapa sawit Indonesia yang berperan aktif meningkatkan hubungan perdagangan kedua negara,” imbuh Mendag Zulkifli Hasan.
Mendag Zulkifli Hasan berharap, dukungan Kementerian Perdagangan Tiongkok dalam upaya penanganan hambatan ekspor produk perikanan Indonesia dan bantuan kemudahan untuk masuk ke pasar Tiongkok. Selain itu, diharapkan juga dukungan dan peran serta Pemerintah Tiongkok dalam upaya meningkatkan kerja sama perdagangan yang seimbang, saling menguntungkan, dan berkesinambungan bagi kepentingan kedua negara.
“Saya berharap penandatanganan ini segera dapat diwujudkan dalam bentuk nyata untuk meningkatkan ekspor produk CPO dan turunannya serta produk perikanan Indonesia ke Tiongkok,” kata Mendag Zulkifli Hasan.
Mendag Zulkifli Hasan menambahkan, pembelian CPO dan produk turunannya oleh Tiongkok tidak akan mengganggu stok bahan baku minyak goreng di dalam negeri sehingga kebutuhan minyak goreng tetap terpenuhi.
“Pemenuhan regulasi dalam negeri tetap diberlakukan. Skema Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) bagi produsen minyak goreng dan industri CPO masih tetap dipertahankan untuk menjamin suplai bahan baku minyak goreng tetap stabil,” tambahnya.
Pada Januari—Agustus 2022 ekspor produk kelapa sawit dan turunannya Indonesia ke Tiongkok mencapai USD 3,6 miliar. Bagi Indonesia, Tiongkok merupakan merupakan salah satu pasar tujuan ekspor utama produk kelapa sawit Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat statistik yang diolah Kementerian Perdagangan, volume ekspor produk kelapa sawit dan turunannya dari Indonesia ke Tiongkok pada 2021 mencapai 6,6 juta ton. Nilai ini meningkat 14,17 persen dari tahun sebelumnya. Pada 2021 nilai ekspor produk kelapa sawit Indonesia ke Tiongkok mencapaiUSD 6,06 miliar, melonjak 82,87 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini disebabkan meningkatnya harga komoditas CPO dunia dalam setahun terakhir.
Untuk sektor produk perikanan, Indonesia berada di peringkat ke-13 sebagai eksportir produk kelautan danperikanan dengan pangsa ekspor 2,85 persen pada tahun 2021. Sedangkan, Tiongkok menjadi negara eksportir perikanan utama di dunia dengan pangsa ekspor 9,70 persen.
Pada periode Januari—Agustus 2022 nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke Tiongkok mencapai USD 687,04 juta. Nilai tersebut meningkat 33 persen dari periode sama tahun sebelumnya. Sementara pada 2021, ekspor produk perikanan Indonesia ke Tiongkok mencapai 424,67 ribu ton dengan nilai sebesar USD 879,24 juta.
Total perdagangan Indonesia dan Tiongkok pada 2021 mencapai USD 109,99 miliar, atau tumbuh 54 persen dibandingkan 2020. Komoditas ekspor utama Indonesia ke Tiongkok yaitu batu bara, besi baja, kelapa sawit, bubur kayu, serta produk kimia.