InfoEkonomi.ID – PT BFI Finance Indonesia Tbk atau BFI Finance berhasil mencatatkan capaian apik dengan pertumbuhan yang signifikan di beragam lini bisnis dengan rasio Non-Performing Finance (NPF) yang terjaga stabil dan rendah, di bawah 1,5%.
Pencapaian ini tak lepas dari strategi Perusahaan secara internal yang didukung oleh kemampuan daya beli masyarakat, kondusifnya dunia usaha, dan perekonomian dalam negeri yang kian membaik.
Pada kuartal III/2022, BFI Finance sukses mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,3 triliun. Capaian ini meningkat, di mana pada periode yang sama senilai Rp796 miliar.
Atas hal tersebut, BFI Finance berhasil menorehkan kinerja keuangan yang baik meski masih dibayangi tantangan lain seperti kenaikan suku bunga sebagai dampak laju suku bunga acuan dari Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed).
Hingga September 2022, penyaluran pembiayaan baru (booking) BFI Finance mencapai Rp13,7 triliun atau tumbuh 48,3% year-on-year (yoy).
Sementara itu, BFI Finance melaporkan nilai aset tertinggi yang pernah diraih Perusahaan sebesar Rp20 triliun, tumbuh sebesar 36,6% yoy. Pencapaian ini bahkan melampaui nilai aset Perusahaan tertinggi di masa prapandemi, yaitu Rp19,1 triliun per 31 Desember 2018. Berkat pengelolaan bisnis yang efektif dan efisien, nilai pendapatan juga terkerek 29,6% year-on-year (yoy) menjadi Rp3,8 triliun.
“Sektor riil yang kembali aktif bergerak serta pemerintah yang mampu menjaga kestabilan politik dan ekonomi membuat atmosfer konsumsi masyarakat masih tumbuh. Hal ini mendorong pertumbuhan kinerja yang signifikan dibandingkan kondisi tahun lalu. Namun, kami akan tetap menjalankan kelolaan manajemen risiko dengan kehati-hatian dan menjaga kualitas aset,” ujar Sudjono, Direktur Keuangan BFI Finance.
Persentase NPF BFI Finance juga masih stabil di rasio bruto 1,09%. Persentase ini menempatkan BFI Finance kembali di angka rasio yang masih berada jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata industri (Data Otoritas Jasa Keuangan/OJK per 31 Agustus 2022 sebesar 2,60%).
NPF coverage terhitung mencapai 4,2 kali diimbangi dengan proses penagihan berbasis sistem yang efisien dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dari sisi penyisihan atau Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Pencadangan Perusahaan ini masih lebih besar dibandingkan rata-rata industri sebesar 2,2 kali (Data OJK per 31 Agustus 2022).
Dari total piutang yang dikelola sebesar Rp18,4 triliun, portofolio pembiayaan BFI Finance masih didominasi pembiayaan kendaraan roda empat sebesar 68,2% atau ekuivalen dengan Rp12,5 triliun. Disusul oleh pembiayaan alat berat dan mesin dengan porsi 12,7%, pembiayaan kendaraan roda dua sebesar 11,3%, pembiayaan bersertifikat rumah dan ruko sebanyak 2,8%, serta pembiayaan syariah dan lainnya 5,0%.
Seiring dengan geliat aktivitas dan ekonomi masyarakat, restrukturisasi konsumen juga turut melandai dengan nilai restrukturisasi tersisa sebesar 2,9% dari nilai total piutang pembiayaan. Sebanyak 77,1% dari sisa restrukturisasi tersebut turut dilaporkan telah kembali ke pembayaran normal.
Penghujung triwulan tiga juga ditutup apik dengan ditandatanganinya perjanjian kredit sindikasi senilai Rp1,6 triliun pada 23 September. Dalam penandatanganan perjanjian kredit sindikasi tersebut, Bank DKI ditunjuk sebagai Mandated Lead Arranger sekaligus sebagai Agen Fasilitas, Agen Jaminan dan Agen Escrow bersama dengan tiga Bank Pembangunan Daerah (BPD) lainnya yakni Bank Jatim, Bank Papua, dan Bank Kalsel. Fasilitas ini digunakan untuk mendukung aktivitas pembiayaan di seluruh wilayah operasional Perusahaan di Indonesia. Kerja sama ini merupakan salah satu bentuk kepercayaan para bank sebagai mitra bisnis dalam memberikan pendanaan kepada BFI Finance.
“BFI Finance bersyukur dapat mempertahankan tren positif yang dicapai dan berharap dapat terjaga momentumnya hingga akhir tahun 2022. Dengan demikian, Perusahaan dapat mencatatkan rekor pertumbuhan total aset dan laba bersih sepanjang tahun 2022 ini,” pungkasnya.