InfoEkonomi.ID – PT Pertamina (Persero), terus berfokus untuk mendampingi para mitra binaan untuk meraih peluang di pasar ekspor. Terbukti hingga Juni 2022, dari 30 Rumah BUMN (RB) di seluruh Indonesia, terdapat 337 Mitra Binaan (MB) yang sudah Go Global, sementara melalui Pendanaan Usaha Mikro Kecil (PUMK) pada 2021, mencapai 116 mitra binaan berhasil lulus menjadi UMK Go Global. Tahun ini, jumlah tersebut akan terus ditingkatkan karena rangkaian program masih akan berlangsung hingga akhir tahun ini.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, kontribusi ekspor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) secara nasional, relatif masih sangat rendah yakni di angka 15,6%. Di mana pemerintah juga telah menetapkan beberapa target untuk pengembangan UMKM nasional ke depannya, seperti 24 juta UMKM harus on boarding di 2023 dan 30 juta di 2024, kemudian membentuk 500 unit koperasi modern berbasis digital di 2024, serta meningkatkan kontribusi ekspor UMKM hingga 17% pada 2024.
VP CSR & SMEPP Fajriyah Usman menjelaskan, Pertamina akan terus berupaya memberikan pendampingan kepada para binaannya, agar bisa meningkatkan kontribusi ekspor produknya, serta memberikan knowledge mengenai syarat dan ketentuan yang harus disiapkan oleh para mitra binaan. Dan juga dengan mempercepat transformasi digital, sebagai faktor pendukung dalam rangka memperluas pangsa pasar.
Selain itu Pertamina juga menjalankan beberapa program, di antaranya UMK Academy, hibah teknologi tepat guna, sertifikasi dan perijinan, display produk SME, E-learning, publikasi UMK, Penjualan melalui E-Commerce, katalog SME 1000 serta exhibition / virtual exhibition, serta pertapreneur aggregator.
“Kendala yang dihadapi oleh para pelaku UMKM ketika akan memulai kegiatan ekspor adalah tahapan – tahapan yang harus dilewati, misalnya setelah mendapat pesanan apakah perlu membuat perjanjian dan perlindungan hukumnya. Kemudian urusan kepabean, sertifikasi yang diprasyaratkan, penguasaan bahasa asing baik lisan maupun tulisan dan lainnya, Tahapan ini sudah dijabarkan peserta kelas Go Global”, ujarnya.
Melalui UMK Academy 2022, pelaku UMK akan dikelompokkan berdasarkan kemampuan dan kapabilitasnya serta sudah disesuaikan dengan roadmap UMK mitra binaan, sehingga dapat dilakukan pemantauan dengan lebih mudah dan terukur. Pembekalan untuk setiap kelas dilakukan pada 22 – 29 Agustus 2022 lalu secara daring, dengan di hadiri oleh peserta UMK dan praktisi yang sudah expert di bidangnya.
Kelas Go Global ditujukan kepada para mitra binaan yang benar – benar sudah siap mengisi pasar dunia melalui kegiatan ekspor. Materi pembekalan yang diberikan seputar strategi penentuan harga, layak untuk memulai ekspor, mengenal lebih dalam mengenai world market dan optimalisasi produksi yang berkelanjutan untuk ekspor serta pentingnya usaha berwawasan lingkungan.
Materi hari pertama disampaikan oleh Wiwit Ab, selaku Fasilitator, dalam pemaparannya Wiwit memberikan tips untuk memulai membangun kembali usahanya, mengingat pada masa pemulihan pasca pandemi covid-19 saat ini, para pelaku UMK harus melakukan perubahan untuk lebih kreatif dan inovatif, mengingat meningkatnya persaingan antar UMK itu sendiri sementara permintaan konsumen berkurang.
Disinilah dibutuhkan prinsip entrepreuneurial leader, memanfaatkan kesempatan untuk mencari peluang, berani mengambil resiko secara terukur, dan berkolaborasi dengan UMK lainnya untuk membangun image yang baru.
“Banyak pelaku UMK yang ragu untuk memulai kembali usahanya karena kuatir akan resiko yang akan dihadapi, di kelas pembekalan ini diberikan tips dan trik salah satunya berani mengambil resiko dengan terukur”, ujarnya.
Secara lebih rinci, peluang ekspor usaha mikro dan kecil dipresentasikan oleh Vidi Vinandar, dijelaskan bahwa ekspor membuka peluang pasar yang lebih besar dan global, memperoleh keahlian baru dan meningkatkan keuntungan serta memberikan volume produksi bagi UMKM. Untuk melakukan ekspor, pelaku ekspor UMK perlu memiliki strategi yang jelas berwawasan ke depan, meningkatkan efisiensi untuk meningkatkan reputasi produknya.
“mengingat biaya dan waktu menjadi faktor penting untuk mendukung akses ekspor, sehingga peran dari pemerintah, BUMN dan pihak swasta mutlak dibutuhkan”, ujar Vidi.
Sementara itu Budi Harjanto pemilik dari Batik Bantul, mengatakan bahwa dengan mengikuti kelas ini bisa mendapatkan bayangan mengenai rencana apa yang akan di lakukan dan kembangkan untuk usahanya. Mengingat selama ini pemasaran usahanya bersifat lokal dan dari mulut ke mulut.
“Semoga dari para mentor dan juga Pertamina, bisa memberikan solusi dan arahan dari setiap kendala yang saya hadapi, supaya usaha saya bisa naik kelas dan Go Global, amin”, ucapnya.
Untuk mendukung terwujudnya peluang ekspor yang besar bagi UMK di Indonesia, Pertamina juga memiliki beberapa strategi ekspor nasional. Di antaranya dengan promosi & citra Indonesia melalui kegiatan pameran luar negeri, mendukung daya saing produk UMK, mengadakan pelatihan SDM ekspor, menjalin kerja sama dagang, serta pengembangan pasar dan kolaborasi dengan pemerintah provinsi untuk mendukung Gernas BBI.
Fajriyah menambahkan, melalui Program PUMK, Pertamina ingin senantiasa menghadirkan energi yang dapat menggerakkan roda ekonomi. Energi yang menjadi bahan bakar, serta energi yang menghasilkan pertumbuhan berkelanjutan. Serta berupaya terus mendorong setiap mitra binaan menjadi UMK naik kelas dan Go Global.
Pertamina juga senantiasa mendukung pencapaian SDGs (Sustainable Development Goals) melalui implementasi program-program berbasis ESG (Environmental, Social, and Governance) di seluruh wilayah operasionalnya. Hal ini merupakan bagian dari Tanggung Jawab Lingkungan dan Sosial (TJSL), demi mewujudkan manfaat ekonomi di masyarakat.