InfoEkonomi.ID – PT Bio Farma (Persero) mengekspor vaksin polio atau novel Oral Polio Vaccine type 2 (nOPV2) ke negara-negara berkembang. Hal tersebut dilakukan usai mendapatkan kontrak permintaan dari UNICEF. Ekspor vaksin itu untuk alokasi 2022 dan 2023 melalui skema multilateral.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir membeberkan, Bio Farma bakal ekspor vaksin polio (nOPV2) setelah mendapatkan kontrak pembelian 2022 dan 2023 dari UNICEF. Perlu diketahui, Vaksin nOPV2 menjadi salah satu cara ampuh dalam mencegah perluasan wabah polio di dunia.
“Saat ini yang membeli produk nOPV2 adalah UNICEF, secara multilateral,” ujarnya, Rabu (28/9) dalam keterangan pers.
Ia mengatakan, pendistribusian vaksin polio ke berbagai negara di dunia dilakukan sendiri oleh Bio Farma.
“UNICEF menerbitkan PO (purchase order) kepada Bio Farma. Misalnya, UNICEF menerbitkan PO untuk pengiriman ke Nigeria, maka Bio Farma mengirimkan secara langsung nOPV2 ke negara tersebut,” katanya.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan, vaksin nOPV2 ditujukan ke sejumlah negara di Afrika, Eropa, dan Timur Tengah. Tidak untuk Indonesia dan sepenuhnya ekspor karena Indonesia telah bebas polio sejak 2014. Negara-negara Afrika pengguna vaksin nOPV2 dari Bio Farma itu diantaranya Aljazair, Kamerun, Kongo, Djibouti, Ethiopia, Gambia, Ghana, Nigeria, Senegal, dan Uganda. Di benua Eropa penggunanya adalah Israel dan Ukraina, sedangkan di Timur Tengah adalah Mesir, Iran, Somalia, dan Yaman.
Dia menuturkan, produksi vaksin nOPV2 merupakan hasil kolaborasi Bio Farma dan Lembaga-lembaga penelitian dunia, seperti Bill and Melinda Gates Foundation (BMGF), PATH, dan WHO. Bio Farma menjadi pemasok utama vaksin Polio dunia yang mencapai 67 persen dari kebutuhan vaksin dunia, baik secara bilateral maupun multilateral (melalui UNICEF). Selain memproduksi vaksin polio, Bio Farma juga menjadi laboratorium rujukan untuk pemeriksaan setiap sampel virus polio.
Perusahaan milik negara yang telah berkiprah lebih dari 130 tahun itu memastikan telah mendapatkan pengakuan dunia dalam berkontribusi untuk kesehatan global. Vaksin polio buatan Bio Farma, yaitu novel Oral Polio Vaccine type 2 (nOPV2) telah mendapatkan izin penggunaan dalam kondisi darurat Emergency Use of Authorization (EUA) dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan Emergency Use of Listing (EUL) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Honesti menambahkan bahwa kontribusi Bio Farma dalam menyediakan vaksin polio sejalan dengan salah satu isu prioritas yang akan dibahas dalam Presidensi G20. Yaitu pembangunan kesehatan global, dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, 15-16 November 2022 di Bali. Seperti diketahui, Indonesia juga menunjukkan keberhasilannya dalam mengendalikan pandemi Covid-19 terutama di sektor kesehatan dan perekonomian, terutama vaksinasi. Salah satu capaian Presidensi G20 di sektor kesehatan adalah kesepakatan pembentukan Financial Intermediary Fund (FIF) yang telah mengumpulkan dana sebesar USD 1,4 miliar untuk pencegahan pandemi pada masa yang akan datang.
Sebelumnya, dunia bersiap untuk menuju bebas polio sambil menunggu kondisi penanganan penyakit polio di dua negara yakni Afganistan dan Pakistan. Di tengah masa penantian itu, justru penyakit polio kembali mewabah di wilayah Afrika dan kawasan Timur Tengah. Baru-baru ini, Otoritas Kesehatan di Amerika Serikat mengidentifikasi temuan virus polio untuk pertama kalinya di sampel air limbah New York City, AS. Temuan virus polio tersebut diketahui memiliki strain yang berbeda dari sebelumnya. Oleh sebab itu, vaksin nOPV2 menjadi salah satu cara untuk mencegah perluasan wabah tersebut.
Bio Farma kini telah menunjukkan kemampuannya dalam memproduksi vaksin di level global. Kemampuan itu terus tumbuh sejak alih teknologi produksi vaksin dari Jepang, melalui JPRI (Japan Polio Research Institute) pada dekade tahun 90-an. Kini, selain vaksin nOPV2 yang sudah mendapatkan EUA dari BPOM dan EUL dari WHO, Bio Farma siap memproduksi vaksin Covid-19, IndoVac.